museum

Museum Buding

Jl. Raya Manggar KM 43 RT 03 RW 02

Museum Istiqomah merupakan museum khusus yang memamerkan koleksi peninggalan Kerajaan Buding. Gedung museum pada awalnya merupakan masjid. Namun seiring dengan perkembangan zaman, bangunan masjid mengalami kerusakan. Tahun 2002 didirikan kembali bangunan di atasnya dan difungsikan menjadi museum. Pengumpulan koleksi yang berasal dari keluarga Kerajaan Buding mulai dilakukan dan kemudian diletakkan di bangunan tersebut. Pada tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata membangun gedung pamer. Dengan adanya gedung tersebut, kemunculan Museum Buding sebagai penyedia informasi kesejarahan Kerajaan Buding dan warisan budaya kebendaan di wilayah utara Pulau Belitung semakin terlihat. Museum Istiqomah terdiri dari dua bangunan. Bangunan pertama bernama Balai Istiqomah, dibangun dengan swadaya masyarakat pada tahun 2002 yang dipelopori oleh Aris Baher Bin Taib. Bangunan ini dulunya merupakan masjid lama yang bernama Istiqomah yang dibangun pada tahun 1811 di atas tanah wakaf Entjik Toessin Bin Moebin. Sedangkan yang kedua diberi nama Balai Entjik Toessin yang dibangun pada tahun 2002 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur

museum

Museum Pemerintah Kabupaten Belitung atau dikenal juga dengan Museum Tanjungpandan merupakan museum khusus yang didirikan berdasarkan Surat Perintah Menteri Pertambangan Republik Indonesia Tahun 1959. Surat perintah tersebut ditujukkan kepada perusahaan-perusahaan penambangan timah Belitung, Bangka, dan Singkep yang mengharuskan didirikannya sebuah museum pada setiap perusahaan penambangan timah tersebut. Ir. M.E.A. Apitule, Direktur Utama Tambang Timah Belitung pada waktu itu menugaskan Dr. R. Osberger, seorang ahli batuan berkebangsaan Austria yang bertugas sebagai Kepala Dinas Eksplorasi dan Geologi Perusahaan Penambangan Timah di Kabupaten Belitung untuk mendirikan museum. Museum Pertambangan diresmikan pada tanggal 2 Maret 1962 oleh Ir. Kurnadi Kartaatmadja sebagai Presiden Direktur Perusahaan Penambangan Timah Belitung. Berdasarkan Berita Acara Nomor 013/BA.0000/94-81 tanggal 15 Juni 1994 tentang Penghibahan museum Geologi milik PT. Timah kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Belitung ditandatangani antara Erry Riyana Hardjapamekas selaku Direktur Utama PT. Timah kepada H. Oerip Tp. Alam selaku Bupati Kabupaten Belitung. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Bupati Belitung pada tanggal 28 Juni 1994, pengelolaan museum dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung. Setelah berjalan selama 1 tahun, Bupati Belitung mengeluarkan surat keputusan tentang perubahan nama Museum Geologi PT. Timah Belitung menjadi Museum Pemerintah Kabupaten Tingkat II Belitung dan menetapkan museum sebagai objek wisata dan rekreasi di daerah Belitung. Pada tahun 2008 museum di bawah Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Belitung menjadi nama Unit Pelaksana Teknis Daerah Museum dan Kebun Binatang Pemerintah Kabupaten Belitung (Museum Tanjung Pandan).

museum

Museum Badau

Jl. Badau

Museum Badau merupakan museum yang memamerkan koleksi peninggalan Kerajaan Badau. Sejak abad ke-15 di Belitung telah berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Badau dengan Datuk Dalung Moyang Gersik sebagai raja pertama. Pusat pemerintahannya di sekitar daerah yang sekarang ini dikenal dengan daerah Pelulusan. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, bahkan jauh sampai ke daerah Buding, Manggar, dan Gantung. Saat ini penerus kerajaan dipegang oleh seorang ahli waris yaitu Johar Djuki. Johar Djuki merupakan pewaris Kerajaan Badau generasi ke-10. Beberapa peninggalan sejarah yang menunjukkan sisa-sisa Kerajaan Badau dapat ditemui dan dilihat di Museum Badau. Museum ini didirikan pada tahun 1989 oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung untuk menjaga dan melestarikan sejarah peninggalan Kerajaan Badau

museum

Museum Kata Andrea Hirata

Jl. Laskar Pelangi 10

Museum Kata Andrea Hirata merupakan museumyang didirikan oleh Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi. Museum ini diresmikan pada November 2012 dan merupakan museum sastra pertama yang ada di Indonesia. Di museum ini pengunjung dikenalkan dengan sastra, perkembangan sastra di Indonesia, dan pentingnya dunia sastra di kehidupan. Selain itu, pengunjung dapat melihat perjalanan Laskar Pelangi sebagai Novel dan akhirnya diangkat ke layar kaca. Tujuan dibangunnya museum ini untuk menginspirasi pemuda Indonesia untuk berani bermimpi dan semangat berjuang untuk meraih mimpi seperti yang dikisahkan di novel Laskar Pelangi

Testimoni