museum

Museum Negeri Mpu Tantular Provinsi Jawa Timur merupakan museum umum yang pada awalnya merupakan Stedelijk Historisch Museum Surabaya yang dibangun oleh seorang kolektor Jerman bernama Von Faber dan diresmikan pada 25 Juni 1937. Stedelijk Historisch Museum Surabaya kemudian berubah menjadi Museum Jawa Timur dan pada 1 November 1974 diresmikan menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Timur Mpu Tantular yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Negeri Mpu Tantular. Koleksi yang ditampilkan di museum lebih banyak berupa tinggalan arkeologi. Lokasi museum juga berpindah-pindah mulai dari Raadhuis Ketabang, kemudian di Jl. Tegalsari, lalu di Jl. Pemuda, di Jl. Taman Mayangkara, dan terakhir di Jl. Raya Buduran (sisi barat Jembatan Layang Buduran). Museum ini juga mengadakan berbagai kegiatan seperti pameran keliling, program Museum Masuk Sekolah, seminar, lomba, festival, peragaan koleksi, pemutaran film, dan bimbingan khusus karya tulis bagi pelajar dan mahasiswa. Program tahunan museum ini yaitu Festival Tantular.

museum

Museum TNI-AL “Loka Jala Crana”

-Akademi Angkatan Laut jl. Bumimoro Krembangan Surabaya

Museum TNI-AL “Loka Jala Crana” merupakan museum khusus yang diresmikan pada 19 September 1969 oleh Ibu R. Mulyadi dengan nama museum AKABRI Bagian Laut. Pada 1973 namanya diubah menjadi Museum TNI AL sekaligus dibuka untuk umum hingga sekarang. Selanjutnya pada tahun 1989 namanya diubah lagi menjadi Museum TNI AL “Loka Jala Crana”. Loka Jala Crana diartikan sebagai tempat untuk menyimpan, mengabadikan dan menyajikan peralatan atau sarana yang dipergunakan oleh TNI Angkatan Laut. Kepemilikan museum ini berada di bawah tanggung jawab TNI Angkatan Laut dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum TNI-AL Loka Jala Crana. Museum ini memiliki koleksi berupa kapal perang dengan meriam, pesawat, helikopter, Tank Amfibi PT 76, bidang artileri dan pertahanan udara, serta senjata api dari pistol kuno laras panjang sampai otomatis. Selain itu, ada juga miniatur kapal perang KRI yang lengkap dengan bingkai cerminnya. Miniatur ini dibuat sesuai dengan armada asli yang digunakan untuk memperkuat Republik Indonesia.

museum

Etnografi telah terdaftar sebagai anggota Asosiasi Museum Daerah (AMIDA) Jawa Timur. Setelah mengalami revitalisasi, Museum Etnografi kembali diresmikan oleh Dr. Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan pada 21 Maret 2016 dengan mengangkat tema kematian. Tema tersebut dipilih karena kematian merupakan bagian dari siklus hidup yang pasti dialami manusia. Namun masih banyak orang yang menganggap jika kematian merupakan hal yang tabu. Oleh karena itu, museum ini diharapkan dapat menjadi pusat informasi dan pendidikan yang menarik, sehingga mempengaruhi keinginan untuk belajar.

museum

Museum Angkut

Jl. Terusan Sultan Agung No. 2

Untuk lebih memperkuat Visi-Misi dan Slogan-slogan yang dimiliki dan dipegang oleh Grup Jawa Timur Park serta keinginan memenuhi kebutuhan masyarakat luas, serta ikut andil dalam memajukan bangsa, maka grup ini tak henti-hentinya terus berupaya mencari, menemukan, melakukan terobosan-2 guna menambah lagi kawasan-kawasan wisata/rekreasi yang ceria-sehat-bermanfaat, serta pembelajaran/pendidikan pengetahuan (Science) unggulan berkelas international yang benar-benar prestisius ! Berkaitan dengan itu semua maka Grup Jawa Timur Park bermaksud membangun sebuah MUSEUM/GALERY/KEPUSTAKAAN TRANSPORTASI INDONESIA. (Tentang nama yang paling tepat untuk wahana itu akan diputuskan dan ditetapkan lebih lanjut oleh manajemen puncak Grup ini). Arti Museum pasti tidak luput dari bentuk barang atau Sejarah masa lampau dan pembelajaran. Arti Galery tentunya wahana Pameran yang lebih luas serta juga memberi manfaat pembelajaran. Demikian pula arti Kepustakaan penuh dengan nuansa pameran serta ensiklopedi pembelajaran. (terakhir nama yang ditetapkan oleh manajemen puncak adalah MUSEUM ANGKUT + atau dieja dengan MUSEUM ANGKUT PLUS).

museum

Museum Blambangan

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.78, Taman Baru, Banyuwangi, Jawa Timur

Museum Blambangan merupakan museum umum yang didirikan pada 25 Desember 1977 dan diresmikan oleh Gubernur Tingkat I Jawa Timur yaitu Soenandar Priyoseodarmo. Pengembangan museum ini mempunyai tujuan untuk melestarikan warisan budaya bangsa khususnya jenis peninggalan bersejarah yang menjadi milik masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Museum ini diberi nama Blambangan karena konon dulu di wilayah ini merupakan wilayah bekas Kerajaan Blambangan yang cukup dikenal, pada waktu kejayaan Kerajaan Majapahit. Pada awalnya Museum Blambangan menempati bangunan peninggalan Belanda yang sempat berfungsi sebagai Kantor Pembantu Bupati atau Kawedanan. Bangunan kuno tersebut mulai difungsikan sebagai museum sejak 2003. Setelah otonomi daerah, pengelolaan museum dialihkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan pada 2 Januari 2004, lokasi museum dipindahkan ke Lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Saat ini museum dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Blambangan. Jenis koleksi yang ada di museum ini terdiri dari etnografika, arkeologika, histotrika, numistika, fiologika, keramologika dan seni rupa

museum

Museum Penataran

Jl. Raya Penataran No.11, RW.06, Penataran, Nglegok, Blitar, Jawa Timur

Museum Penataran pada awalnya bernama Museum Blitar yang didirikan oleh Bupati Blitar, Warsokusumo. Pada 1866 museum ini berada di Kompleks Pendopo Kabupaten Blitar, kemudian dipindahkan ke area Percandian Penataran pada tahun 1999, dan berganti nama menjadi Museum Penataran. Museum Penataran hadir sebagai sarana untuk melindungi benda purbakala yang ada di sekitar Kabupaten Blitar, selain difungsikan untuk melindungi peninggalan masa lalu, museum ini juga dimanfaatkan untuk rekreasi, pendidikan, dan juga penelitian. Museum memiliki banyak koleksi berupa benda purbakala seperti arca, prasasti, dan alat pendukung kehidupan pada masa lalu. Koleksi unggulan dari museum ini terdiri dari arca Brahma, arca Wisnu, arca Siwa; arca Durga Mahisasuramardini; arca Siva Gajahsura, arca perwujudan, Siwa Trisirah. Museum penataran berada di bawah kepemilikan Dinas Kebudayaan Kota Blitar dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Penataran Blitar.

Testimoni