museum

Museum Daerah Kabupaten Gresik “Sunan Giri”

Komplek Kubur Sunan Giri, Jl. Sunan Giri IIa, Desa Giri, Kec. Kebomas, Kab. Gresik, Jawa Timur

Museum Daerah Kabupaten Gresik “Sunan Giri” merupakan museum khusus yang diresmikan pada 9 Maret 2002, tetapi baru difungsikan pada 17 Maret 2003 bersamaan dengan Hari Jadi Kota Gresik oleh Bupati Gresik, Drs. K.H. Robbach Ma’sum, MM. Kepemilikan museum dipegang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik dan pengelolaan berada di bawah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Daerah Kabupaten Gresik “Sunan Giri”. Lokasi museum berada di sudut pelataran parkir kawasan wisata religi Maulana Malik Ibrahim. Museum ini diharapkan dapat menjadi pusat informasi mengenai kesejarahan Kabupaten Gresik karena banyak tinggalan arkeologis di Kabupaten Gresik dan belum ada tempat yang dapat menampungnya. Jenis koleksi yang ditampilkan terdiri dari fragmen sajadah, kaligrafi, naskah kuno, surban Sunan Giri, bedug, rebana, keris, tombak, dan lainnya. Salah satu koleksi andalan Museum Sunan Giri adalah bedug peninggalan Maulana Malik Ibrahim yang berasal dari masa akhir abad ke-14. Bedug ini terbuat dari sepotong kayu besar dan kulit lembu. Bedug ini diperoleh dari Masjid Pesucian Desa Leran Kecamatan Manyar.

museum

Museum Anjuk Ladang

Jalan Gatot Subroto Ringin Anom, Ringin Anom, Kauman, Kec. Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur

Museum Anjuk Ladang merupakan museum umum yang dibangun tahun 1993-1996 atas prakarsa Bupati Nganjuk pada saat itu, yaitu Drs. R. Sutrisno, yang menghendaki seluruh benda cagar budaya yang ada pada saat itu termasuk juga temuan nantinya bisa ditampung di Museum. Koleksi museum tersebut diharapkan bisa bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan, sejarah, pendidikan, dan agama. Museum Anjuk Ladang resmi difungsikan sebagai museum pada 10 April 1996 bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Nganjuk ke-1059. Museum ini awalnya digunakan sebagai sebagai kantor Dinas Pariwisata dan Purbakala Kabupaten Nganjuk dan koleksi museum merupakan koleksi yang berada di Balai Arca. Balai Arca berada di Kelurahan Mangundikaran, tepatnya di sebelah utara Alun-alun Kabupaten Nganjuk. Balai Arca ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan arca, lingga, yoni dan berbagai penemuan lain. Hal itu menyebabkan sebagian besar koleksi yang dimiliki Museum Anjuk Ladang ini tertulis berasal dari Kelurahan Mangundikaran. Nama Museum Anjuk Ladang diambil diambil dari penamaan desa dalam prasasti Anjuk Ladang yang juga menjadi asal mula nama Nganjuk.

museum

Museum Trinil

Dusun Pilang, Desa Kawu, Kec. Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

Situs Trinil merupakan salah satu situs manusia purba terpenting di Pulau Jawa, bahkan situs ini menjadi situs primadona karena temuannya yang menghebohkan dunia, yaitu tentang bukti adanya evolusi manusia purba yang banyak dibicarakan oleh para paleontolog, geolog dan arkeolog. Trinil terletak di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dan meliputi tiga desa yaitu Desa Kawu, Desa Gemarang, dan Desa Ngancar. Situs Trinil menjadi salah satu situs manusia purba yang penting di pulau Jawa sejak ditemukannya fosil manusia purba oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 dan 1892. Pada tanggal 29 Oktober 1877, Dubois bertolak ke Sumatera dengan menumpang kapal The SS Prince Amalia. Selama dua tahun ia melakukan eksplorasi di gua – gua di Sumatera, namun tulang – tulang yang ia temukan tidak sesuai dengan keinginannya. Pencariannya kemudian berpindah ke Jawa setelah mendengar temuan Manusia Wajak di Tulungagung oleh BD van Rietschoten pada tanggal 24 Oktober 1899. Di Pulau Jawa, Eugene Dubois tertarik pada endapan Sungai Bengawan Solo yang dianggapnya memiliki kronologi kehidupan selama jutaan tahun. Pada tahun 1891, di daerah Trinil, Ngawi, Jawa Timur, ditemukan atap tengkorak dan gigi manusia yang menyerupai kera. Pada tahun 1892 ditemukan tulang paha dari individu yang sama. Eugene Dubois kemudian menyebut temuan ini sebagai Pithecanthropus erectus atau manusia kera yang berjalan tegak. Selama aktivitas ekskavasi yang dilakukan Eugene Dubois di Trinil, ada seorang pribumi bernama Wirodiharjo yang mengikuti kegiatan ekskavasi tersebut. Wirodiharjo sejak tahun 1967 memiliki gagasan untuk mengumpulkan atau melestarikan fosil yang ia jumpai di tepian Sungai Bengawan Solo. Fosil tersebut kemudian disimpan di rumahnya hingga mencapai 1/3 dari rumahnya. Dari hobinya ini Wirodiharjo kemudian mulai dikenal dengan nama Wirobalung atas aktivitasnya mengumpulkan balung buto atau fosil manusia purba. Pada tahun 1980/1981, Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi mendirikan sebuah museum mini untuk menampung koleksi fosil Wirodiharjo. Kemudian, untuk mengingat hasil penemuan fosil Pithecanthropus erectus oleh Eugene Dubois, maka dibuatlah tugu sebagai monumen serta membangun Museum Trinil yang diresmikan dengan peringatan 100 tahun penemuan Pithecanthropus erectus oleh Gubernur Jawa Timur Soelarso pada tanggal 20 November 1991. Museum Trinil dibangun di Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur atau sekitar kurang lebih 15 km dari Kota Ngawi menuju arah Solo. Museum ini menempati bekas rumah dan pekarangan Wirodiharjo yang telah diganti dan persis pada tepian Sungai Bengawan Solo. Saat ini museum Trinil dikelola Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur.

museum

Museum Umum Daerah “Mandhilaras” Kabupaten Pamekasan

l. Cokroatmojo No.1, Rw. 03, Barurambat Kota, Kec. Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur

Museum Umum Daerah “Mandhilaras” Kabupaten Pamekasan merupakan museum khusus yang didirikan di Kabupaten Pamekasan pada 2010. Nama Mandhilaras diambil dari cerita setempat yang menceritakan cikal bakal berdirinya Kabupaten Pamekasan, yaitu ketika Panembahan Ronggo Sukowati memindahkan pusat pemerintahan dari Keraton Labangan Daja ke Keraton Mandhilaras. Hadirnya museum ini diharapkan agar masyarakat mengenal lebih dalam tentang sejarah Kabupaten Pamekasan, dan menghormati sejarah daerah setempat. Namun pada kenyatannya museum ini terkesan tidak terawat, kumuh, dan kusam, selain itu berdirinya ini juga kurang mendapat perhatian dari masyarakat, ada yang pro dan kontra dengan adanya museum ini. Museum Mandhilaras menempati gedung yang dibangun pada 1918 oleh Belanda sebagai taman bermain atau fasilitas umum, kemudian menjadi perpustakaan kabupaten pada tahun 1980. Selanjutnya pada tahun 2009 gedung digunakan sebagai museum. Museum ini milik Pemerintah Kabupaten Pamekasan dan dikelola oleh Dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Pamekasan. Koleksi yang pamerkan di museum ini adalah senjata, peralatan rumah tangga, fosil, numismatika, dan diorama. Koleksi unggulan museum adalah kitab daun lontar dan AL-Quran peninggalan Ki Aryo Menak Sonoyo, serta Pusaka Raden Aryo Menak Sonoyo.

museum

Museum Cakraningrat

Jl. Soekarno Hatta No.35

Kemunculan Museum Cakraningrat pada awalnya diprakarsai oleh Pemerintah Daerah dan pemerhati budaya untuk mengumpulkan kembali benda dan dokumen Keraton Bangkalan yang tersebar di berbagai pihak. Benda dan dokumen tersebut kemudian dikumpulkan di kompleks Pemakaman Raja-Raja Bangkalan “Pesarean Aer Mata”. Tahun 1975 koleksi tersebut dipindahkan ke sebuah gedung di kompleks Pendopo Agung Bangkalan dan resmi diurus oleh pemerintah daerah. Secara resmi bangunan tersebut ditetapkan sebagai museum dengan nama “Museum Daerah Tk. II Bangkalan”. Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat umum terhadap koleksi bersejarah tersebut, maka museum dipindahkan ke gedung baru yang lebih representatif seperti saat ini dan diresmikan pada 13 Maret 2008. Selain jenis koleksi filologika dan historika, museum juga memiliki koleksi etnografika. Saat ini kepemilikan museum dipegang oleh Pemerintah Kabupaten Bangkalan dan dikelola oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Bangkalan.

museum

Museum Keraton Sumenep

Jl. Dr. Sutomo No.6

Museum ini menempati bangunan yang ada di dalam kompleks Keraton Sumenep. Keraton Sumenep atau keraton Panembahan Sumolo dibangun pada 1762, pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I atau Tumenggung Arya Nata Kusuma. Arsitek keraton ini berkebangsaan Cina, bernama Louw Phia Ngo. Ia memadukan gaya arsitektur Islam, Eropa, Cina, dan Jawa. Museum ini berada di bawah kepemilikan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumenep dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Keraton Sumenep.

Testimoni