museum

Museum Negeri Banten

Jl. Brigjen K.H. Syamun No 05 Kotabaru Alun-Alun Serang-Banten

Museum Negeri Provinsi Banten merupakan museum umum yang awalnya menempati Kantor Budaya Banten di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten pada 2013. Lokasi museum kemudian dialihkan ke pusat kota, yaitu ke Gedung Pendopo Gubernur lama di Kota Serang. Pemindahan ini dilakukan karena pertimbangan kebijakan, lokasi yang berada di tengah kota sehingga akses jadi mudah dijangkau oleh pengunjung museum serta bangunannya yang merupakan peninggalan Cagar Budaya dan memiliki latar belakang sejarah. Museum ini diresmikan oleh Gubernur Banten Rano Karno S.IP pada 29 Oktober 2015 berdasarkan Keputusan Gubernur Banten Nomor 032/Kep.420-Huk/2015 tentang Penggunaan bangunan Pendopo Gubernur Banten sebagai Museum Negeri Provinsi Banten.

museum

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia mulai melakukan penelitian di situs Banten Lama tahun 1976. Penelitian tersebut bersamaan dengan kegiatan pemugaran. Dalam kegiatan pemugaran, dibutuhkan pula bangunan yang berfungsi untuk menyelamatkan benda cagar budaya sebagai akibat dari semakin banyaknya pencurian, perusakan, dan penemuan benda cagar budaya oleh masyarakat. Semula, benda-benda cagar budaya bergerak (koleksi) hasil penggalian maupun sumbangan masyarakat di simpan dalam gedung asrama yang letaknya di selatan bangunan Tiyamah, selatan Masjid Agung Banten. Kegiatan penelitian kepurbakalaan yang semakin meningkat, menyebabkan makin kuatnya kebutuhan sebuah bangunan sebagai tempat penyimpanan hasil temuan yang sekaligus berfungsi sebagai pusat informasi mengenai situs Banten Lama. Jumlah benda cagar budaya bergerak yang semakin bertambah, baik yang berasal dari penemuan masyarakat maupun penelitian, akhirnya memerlukan sistem penataan pameran /display dan pembuatan label informasi pada masing-masing benda.

museum

Museum Universitas Pelita Harapan

Gedung Paddock Lantai 2 Kampus Universitas Pelita Harapan

Museum Universitas Pelita Harapan (MUPH) merupakan museum khusus yang persiapannya sudah dimulai sejak tahun1993, yaitu dengan dimulainya pengoleksian karya seni rupa. Museum Universitas Pelita Harapan adalah sebuah proyek museum seni rupa yang sedang dipersiapkan di kawasan Lippo Village, Karawaci, Tangerang, kira-kira 21 KM ke arah barat dari Ibukota Jakarta. Sejak bulan Juni 2015, MUPH menempati lokasi di kawasan kampus UPH Karawaci, yaitu di Gedung C (Paddock) UPH. MUPH juga memiliki perpustakaan yang berisi buku-buku referensi pilihan mengenai seni rupa Indonesia maupun dunia serta katalog pameran dan lelang karya

museum

Museum Benteng Heritage

Jalan Cilame No. 18&20

Museum Benteng Heritage merupakan museum khusus yang menempati bangunan berarsitektur Tionghoa yang diduga merupakan bangunan tertua di Kota Tangerang. Bangunan museum diperkirakan dibangun pada abad ke-17 kemudian direstorasi dan diresmikan sebagai museum pada tahun 2011. Kepemilikan dan pengelolaan museum dipegang oleh Yayasan Benteng Heritage. Museum ini menjadi salah satu cara untuk melestarikan peninggalan sejarah di wilayah kota Tangerang ini. Museum Benteng Heritage menampilkan hal-hal unik dibalik sejarah kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia dan artefaknya yang menjadi saksi bisu sejarah. Cerita yang ditampilkan mulai dari pendaratan nenek moyang orang-orang Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) di Teluk Naga pada tahun 1407 yang dipimpin oleh Cheng Ci Lung. Ia diduga merupakan bagian dari rombongan Armada Cheng Ho, Laksamana Tiongkok yang berlayar ke Nan Yang (Laut Selatan). Selain itu, pengunjung juga dapat mengikuti program-program museum seperti Heritage walk, workshop kuliner, dan seminar/workshop fotografi

museum

Museum Tari dan Musik Nusantara

Jl.Elang Raya No.1

Museum Tari dan Musik Nusantara merupakan museum yang didirikan pada tahun 2016 dengan tujuan mendata dan mendokumentasikan tari dan musik di Nusantara. Pendiri museum ini adalah H. Luluk Sumiarso, mantan Direktur Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2006- 2008. Ia mendirikan museum ini sebagai wujud kecintaannya terhadap Budaya Lokal dan rasa prihatin karena semakin menipisnya kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan tradisional. Fungsi museum dititikberatkan kegunaannya dalam pengembangan pendidikan dan penelitian tari dan museum sehingga pengunjung yang awam pada ilmu tari dan museum dapat memahaminya di museum

museum

Museum Multatuli

Jl. Alun-alun Timur No. 8

Multatuli adalah pseudonym (nama pena/samaran) dari Eduard Douwes Dekker. Ia pertama kali tiba di Rangkasbitung pada 21 Januari 1856 dan bertugas sebagai asisten residen Lebak. Ia bekerja tidak lebih dari 84 hari, lalu mengundurkan diri setelah berselisih paham dengan pejabat-pejabat kolonial lainnya. Multatuli kemudian pergi ke Belgia dan menuliskan kegelisahannya dalam bentuk roman berjudul Max Havelaar pada 1860. Secara umum dan sudah menjadi bagian dari historiografi Indonesia, ceritanya memuat bagaimana bobroknya sistem kolonial (cultuurstelsel), khususnya persekutuannya dengan sistem feodal. Kisah Multatuli menjadi narasi sebagai aset di Lebak untuk dijadikan pembelajaran (tentang bagaimana kolonialisme bekerja dan bagaimana sistem itu diruntuhkan oleh gerakan nasionalisme) dalam bentuk pendirian museum. Ide pendirian Museum Multatuli telah direncanakan sejak 2015. Pada tahun 2016, delegasi pejabat dan guru dari Pemerintah Kab. Lebak pergi ke Belanda untuk mengunjungi Arsip Nasional Belanda dan Multatuli Huis di Amsterdam. Kunjungan ini dilakukan untuk membangun komunikasi dan persahabatan guna keberlangsungan Museum Multatuli yang sedang dirintis. Pada 11 Februari 2018, Museum Multatuli secara resmi dibuka untuk masyarakat. Peresmian museum dilakukan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid dan Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya.

Testimoni