museum

UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali

Jl. Raya Puputan Niti Mandala

Monumen Perjuangan Rakyat Bali merupakan museum yang didirikan atas gagasan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra saat menjabat Gubernur Bali. Pembangunan monumen dimulai tahun 1988 sampai 2001. Monumen diresmikan pada tanggal 14 juni 2003 oleh Presiden RI Megawati Sukarno Putri. Bangunan dengan luas 4.900 m2 ini dilengkapi dengan dekorasi luar berupa arca-arca yang menggambarkan siklus zaman yang disebut Catur Yuga. Bentuk segi delapan dan teratai berdaun delapan yang disebut Asta Dala melambangkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

museum

UPTD Museum Subak

Jl. Gatot Subroto, Kediri, Tabanan, Bali

Museum Subak merupakan museum yang pendiriannya digagas oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Subak merupakan warisan budaya dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO tahun 2012. Sejak tahun 1975, I Gusti Ketut Kaler, pakar adat dan agama Propinsi Bali mencetuskan gagasan melestarikan lembaga adat subak sebagai warisan budaya bangsa yang menjadi Cagar Budaya Museum Subak yang selanjutnya bernama Museum Subak. Dipilihnya daerah Tabanan sebagai lokasi museum, karena memiliki subak terbanyak, areal terluas, dan lumbung beras Bali. Museum Subak diresmikan oleh Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada tanggal 13 Oktober 1981.

museum

Museum Le Mayeur

Jl. Hang Tuah

Museum Le Mayeur merupakan museum khusus yang berisi lukisan-lukisan gaya impresionis, karya Adrien Jean Le Mayeur de Merpres, seorang pelukis asal Brussel, Belgia. Cikal bakal Le Mayeur mengembangkan sayapnya di dunia seni lukis diawali adanya pertemuan antara Le Mayeur dengan seorang penari legong Keraton bernama Ni Pollok yang dijadikan sebagai model lukisan kurang lebih selama 3 tahun. Kemudian, lukisan-lukisannya dipamerkan di Singapura dan mendapat sambutan baik dan namanya semakin dikenal. Setelah pameran tersebut, Le Mayeur kembali ke Bali dan membeli sebidang tanah di pesisir Pantai Sanur. Le Mayeur kerap kali melukis Ni Nyoman Pollok di rumah tersebut, kemudian pada tahun 1935, Le Mayeur menikahi Ni Nyoman Pollok. Sebidang tanah di pesisir Pantai Sanur itupun berubah menjadi rumah yang dipenuhi dengan koleksi karya Le Mayeur. Bahder Djohan selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pada tahun 1956 berkunjung dan meminta agar rumah Le Mayeur tersebut dijadikan sebagai museum. Pada tanggal 28 Agustus 1957, akta hadiah nomor 37 diberikan oleh Le Mayeur kepada Ni Nyoman Pollok. Selain itu, akta persembahan sehenking nomor 38 yang mengamanatkan rumah beserta isinya baik tanah, lukisan, dan barang bergerak lainnya diserahkan dari Ni Nyoman Pollok kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk dijadikan sebagai museum.

museum

Museum Subak Mascetti

Jalan Pantai Masceti, Desa Medahan, Kec. Blahbatuh, Kab. Gianyar

Rencana awal pembangunan Museum Subak di Kawasan Masceti dicetuskan oleh para Pekaseh Subak Pengempon Pura Kahyangan Jagat Masceti yang dipimpin oleh I Nyoman Soma Wirawan S.Sos dan pengelola kawasan Jaba Sisi Pura Kahyangan Jagat Masceti, I Ketut Sugata, melalui rapat koordinasi tentang penataan kawasan Pura Kahyangan Jagat Masceti pada awal tahun 2010. Pada pertengahan tahun 2010 diadakan lokakarya di Pura Kahyangan Jagat Masceti yang dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Kabupaten Gianyar. Para Pekaseh Pura Kahyangan Jagat Masceti menindaklanjuti hasil lokakarya tersebut diatas dengan mengajukan proposal pembangunan Museum Subak yang berlokasi diatas lahan hak milik Pura Kahyangan Jagat Masceti, kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar.

museum

UPTD Museum Semarajaya

Jl. Untung Surapati No. 3

Museum Semarajaya merupakan museum yang didirikan sebagai pengingat peristiwa bersejarah perang Puputan “Puputan Klungkung”. Puputan Klungkung merupakan peristiwa yang berlangsung pada tanggal 28 April 1908 yang melibatkan masyarakat Bali dengan prajurit Belanda. Peristiwa ini menewaskan beberapa tokoh penting di Bali salah satunya adalah Ida I Dewa Agung Gede Jambe yang naik tahta Kerajaan Klungkung tahun 1904. Museum ini menampilkan koleksi peninggalan Kerajaan Klungkung seperti peralatan upacara, rumah tangga, senjata dan juga hasil karya seni. Peresmian Museum Semarajaya dilaksanakan pada tanggal 28 April 1992 oleh Bapak Rudini selaku Menteri Dalam Negeri. Museum Semarajaya menggunakan bekas gedung Sekolah rakyat yang berdiri sejak tahun 1925 atau dikenal dengan nama sekolah MULO (Sekolah Menengah Zaman Belanda) yang kemudian digunakan sebagai SMPN 1 Klungkung yang terletak di dalam Komplek Kertha Gosa/Taman Gili, Pemedal Agung yang merupakan pintu bekas Kerajaan Klungkung. Pemerintah Belanda membangun gedung tersebut pada tanggal 28 April 1908 tepatnya setelah Kerajaan Klungkung runtuh. Bangunan museum bergaya Belanda dan berpadu dengan gaya tradisional khas Bali.

museum

UPTD Museum Bali

Jl. Mayor Wisnu No. 1

Museum Bali merupakan museum umum yang pada awalnya merupakan museum etnografi yang didirikan oleh W.F.J. Kroon, asisten residen untuk Bali Selatan untuk melindungi dan melestarikan benda-benda budaya pada tahun 1910. Pemikiran ini atas dasar usulan dari Th.A. Resink dan mendapat sambutan yang baik dari kalangan ilmuwan, seniman, budayawan, dan seluruh raja-raja di Bali. Kroon kemudian memerintahkan Kurt Gundler, arsitek berkebangsaan Jerman yang sedang berada di Bali untuk meneliti agar membuat perencanaan bersama dengan para ahli bangunan tradisional Bali atau disebut undagi antara lain I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Kandel. Pembuatan bangunan tradisional juga menggunakan lontar asta kosala-kosali dan aspek keagamaan lainnya yang dijadikan sebagai pegangan utama oleh para undagi. Lain hal dengan Kurt Grundler selaku perencana bangunan modern mungkin lebih menekankan kepada kekuatan dan fungsi sebagai museum. Setelah pembangunan museum selesai, museum diresmikan pada tanggal 8 Desember 1932 dengan nama Bali Museum yang dikelola Yayasan Bali Museum. Bali Museum kemudian diambil alih oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Situasi yang masih menghadapi perang dengan NICA dan Jepang sehingga tanggal 5 Januari 1965 diserahkan kepada Pemerintah Pusat dibawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan selanjutnya berubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Bali.

Testimoni