Akulturasi Budaya Dalam Wastra Nusantara

Museum Tekstil Jakarta memiliki koleksi tetap puspa ragam wastra Nusantara. Koleksi tersebut berfungsi sebagai sumber pengetahuan, sumber inspirasi berkarya, dan menjadi wahana edukatif untuk mengenal dan mencintai khazanah budaya Nusantara. Benda-benda warisan budaya, baik yang berada di dalam maupun di luar museum, sangat berharga bagi kita dan generasi selanjutnya. Warisan budaya tersebut membawa pesan, makna, dan pemanfaatan, seperti bercerita tentang spiritualitas, sejarah, dan estetika dari masa lalu yang dapat digali sebagai sumber pengetahuan untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Keragaman dan nilai benda koleksi museum merupakan salah satu daya tarik untuk dikunjungi oleh masyarakat. Informasi tentang sebuah koleksi selalu mengalami perubahan. Bentuk perubahannya berupa penambahan dan perbaikan data dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang mendukung koleksi tersebut, dan perkembangan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Kajian koleksi wastra Museum Tekstil ini dimaksudkan sebagai sumber informasi, memudahkan dalam pencarian data, dan sebagai layanan masyarakat yang membutuhkan data wastra Nusantara.

Kajian wastra koleksi Museum Tekstil 2023 ini mengangkat tema “Akulturasi Budaya dalam Wastra Nusantara”. Istilah akulturasi dipilih sebagai tema setelah melalui penelitian terhadap 120 wastra. Dalam mayoritas wastra terlihat indikasi pengaruh pada bentuk ragam hias, warna, dan teknik, budaya yang berasal dari luar budaya aslinya, baik dari luar Nusantara maupun antar-daerah di dalam Nusantara. Pengaruh dari luar Nusantara beberapa diantaranya ialah budaya Arab, Tionghoa, India, Eropa, dan Melayu. Adapun pengaruh antar-daerah di dalam wilayah Nusantara misalnya antara budaya keraton seperti wastra dari Solo, Yogyakarta, dan Cirebon. Budaya yang berkembang di daerah pesisir misalnya wastra dari Pekalongan, Indramayu, Lasem, Tuban, dan Madura. Saling mempengaruhi juga terjadi pada wastra di pulau Sumatra, yang mendapat pengaruh budaya dari Arab, Tionghoa, dan Eropa. Percampuran budaya zaman lampau dan lokal dengan budaya asing juga terjadi di pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Leste, dan Maluku. Hal ini terlihat dari ragam hias yang ditampilkan pada wastra merupakan akulturasi budaya yang memperkaya kearifan lokal pada wastra Nusantara. Peninggalan budaya masa lampau seperti zaman Dongson masih dapat terlihat pada teknik tenun dan kempa kulit kayu.

Suatu produk budaya yang karakteristiknya menunjukkan adanya pengaruh budaya lain dapat diidentifikasi sebagai produk akulturasi. Istilah akulturasi dapat dipahami secara umum sebagai proses di mana satu produk budaya bersentuhan dengan budaya lain, mengadopsi nilai-nilai dan karakteristik budaya lain sambil tetap mempertahankan kekhasan identitas budaya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut maka istilah akulturasi diangkat ke dalam tema kajian koleksi wastra Museum Tekstil 2023 ini. 

Museum : Museum Tekstil
Tipe Kajian : Koleksi
Tahun : 2023
Pengkaji : Kolaborasi
Nama Pengkaji : Lucky Wijayanti, Rahayu Pratiwi, Fariz Al Hazmi, Indro Moerdisuroso
Bentuk Publikasi : Digital
Media Publikasi : Seminar Youtube
Tautan Media Publikasi : https://youtu.be/vAFMF9Y55Rs?si=K_JCGlzrA90yrAwQ
File Kajian :
Testimoni