Sistem Registrasi Nasional Museum adalah sistem pendataan terpadu museum yang berisi seluruh data Museum di Indonesia yang telah memiliki Nomor Pendaftaran Nasional Museum dan spesifikasinya.
Syarat Pendirian Museum
Memiliki Visi dan Misi
Memiliki Koleksi
Memiliki Lokasi atau Bangunan
Memiliki Sumber Daya Manusia
Memiliki Sumber Pendanaan Tetap
Memiliki Nama Museum
Berbadan Hukum Yayasan Bagi Museum Yang Didirikan oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat
Ayo Gabung dan Daftarkan Segera Museum Anda!
Unduh FormulirData Permuseuman
Rekapitulasi Data Museum yang telah memiliki Nomor Pendaftaran Nasional, Museum Terstandardisasi, dan Koleksi Museum
Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia
Jl. Laksda Adi Sutjipto No 88Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dikenal juga dengan nama Mandala Bhakti Wanitatama merupakan perwujudan hasrat wanita Indonesia untuk mendirikan monumen yang menandai kesatuan gerak dan langkah wanita Indonesia dalam perjuangan, yang dilandasi cita-cita Kongres Perempuan Indonesia yang pertama tahun 1928 di Yogyakarta. Pembangunan monumen ditugaskan kepada Yayasan Hari Ibu – Kowani yang didirikan pada tanggal 15 Desember 1953. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada puncak Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953. Gedung ini kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 22 Desember 1983
Museum Lokal Kabupaten Grobogan
Jl. Pemuda No.35, Grobogan, Purwodadi, Jawa TengahKabupaten Grobogan merupakan suatu daerah yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Seiring dengan banyak ditemukannya benda kuno oleh masyarakat. Kemudian menurut arkeolog benda tersebut termasuk ke dalam kategori Cagar Budaya, kemudian tercetuslah ide oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan untuk mendirikan sebuah museum yang di beri nama “Museum Lokal Purwodadi” pada tahun 1974, yang kemudian berganti nama menjadi Museum Lokal Kabupaten Grobogan. Museum umum ini bersebelahan dengan kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Grobogan. Di dalam museum ini terdapat beragam koleksi arkeologika dan etnografika. Koleksi yang dimiliki museum antara lain fosil-fosil kerang laut (bukti bahwa daerah Grobogan pada masa glasial masih berupa lautan), rahang Stegodon (gajah purba), artefak berlatar belakang agama Hindu dari batu kapur (arca-arca, peripih), bata merah, pipisan, benda-benda keramik (piring, mangkok, dan guci), beberapa bagian gamelan ”Senenan” (disebut demikian karena ditabuh/dimainkan hanya setiap Senin pada saat Bupati Grobogan mengadakan pertemuan dengan warga), lesung (perlengkapan menumbuk padi), dan bajak (alat mengolah tanah sawah sebelum ditanami).
Museum Listrik dan Energi Baru
Jl. Raya Taman Mini Indonesia Indah, Kramat Jati, Pinang Ranti, Cipayung, East Jakarta City, Jakarta 13560, IndonesiaGagasan pembangunan Museum Listrik dan Energi Baru (MLEB) dicetuskan oleh Menteri Pertambangan dan Energi (Ginanjar Kartasasmita) pada bulan Oktober 1990, bersamaan dengan ulang tahun ke-30 OPEC (Organization Petroleum Exporting Countris), dan peringatan 100 tahun ketenagalistrikan di Indonesia. Pembangunan museum dimulai sejak tahun 1992. Arsitektur bangunan dengan desain modern mengacu kepada bentuk tapak struktur atom yaitu satu proton yang dikelilingi oleh tiga electron, yang diaplikaskan dalam bentuk Anjungan Listrik yang dikelilingi tiga bangunan lainnya yaitu Anjungan Energi Baru, Anjungan Energi Fosil dan Anjungan Energi Konvensional. Saat ini yang baru terealisasi pembangunannya adalah bangunan Anjungan Listrik dan Anjungan Energi Baru. MLEB yang dibangun di atas tanah seluas ± 2 Ha dengan luas lantai bangunan ± 6.500 m² diresmikan pada tanggal 20 April 1995 oleh Presiden Republik Indonesia ke-2, Bapak Soeharto.
Museum Batik Yogyakarta
Jl dr Sutomo 13 A Bausasran YogyakartaMuseum Batik Yogyakarta pertama kali didirikan pada tahun 1960-an atas prakarsa Hadi Nugroho si pemilik museum. Pada awalnya, belum ada campur tangan dari pemerintah daerah Yogyakarta atas pengelolaan museum. Baru pada tahun 1979, tempat ini diresmikan dan diakuisisi oleh pemerintah daerah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Akte museum Batik tercatat pada nomor 22 yang diterbitkan pada tahun 1977 dan kemudian diperbaharui lagi pada tahun 2014. Pada tahun 2001, museum mendapatkan sertifikat dari UNESCO sebagai warisan kultural dunia. Keberadaan museum Batik Yogyakarta ini telah mengangkat derajat kota Yogyakarta dengan diberikannya nama Kota Batik oleh WCC pada tahun 2014 lalu.
UPT Museum La Pawawoi
Jl. MH Thamrin No. 9, ManurungngE, Kecamatan Tanete RiattangPembentukan Museum La Pawawoi diprakarsai oleh Kepala Daerah Tingkat II Bone H. Suaib dan Kepala Kebudayaan Andi Muh. Ali Petta Nompo. Pada tanggal 5 Januari 1971 dibentuklah Museum La Pawawoi berdasarkan keputusan Kepala Daerah Tingkat II Bone Nomor: 1/DN.K/KPTS/1/1971. Museum La Pawawoi menggunakan gedung Saoraja Andi Mappanyukki sebagai bangunan utama museum. Penamaan Museum La Pawawoi diinisiasi oleh Bapak H. Suaib selaku Kepala Daerah Tingkat II Bone. Beliau yang baru saja tiba dari Jakarta dalam rangka penetapan La Pawawoi sebagai pahlawah nasional terinspirasi atas jasa dan sepak terjang La Pawawoi ketika berperang melawan Belanda tahun1905. Oleh karena itu nama La Pawawoi kemudian dijadikan nama museum yang baru saja diresmikan. Pendapat lain juga mengatakan bahwa penamaan La Pawawoi digunakan sebagai nama museum dikarenakan koleksi-koleksi kerajaan yang dipamerkan di museum ini merupakan koleksi yang dulunya berada di Saoraja La Pawawoi (Bola Subbi’e). Banguan Museum La Pawawoi yang saat itu telah berusia 48 tahun diputuskan akan dipugar untuk menjaga kondisinya. Gedung Museum La Pawawoi dipugar pada proyek pemugaran dan pemeliharaan peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi Selatan. Proyek tersebut membutuhkan dua tahun anggaran untuk penyelesaian yaitu tahun 1979/1980 sampai dengan 1980/1981. Setelah pemugaran selesai, Museum La Pawawoi diresmikan Kembali oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Daud Yusuf pada tanggal 14 April 1982.
Museum Affandi
Jl. Laksda Adisucipto, No.167Museum Lukis Affandi pertama kali dirintis oleh Bapak Affandi, sebagai ruang pameran bagi sejumlah hasil karya lukisannya. Pembangunan gedung galeri pertama selesai pada tahun 1962. Bentuk dan rancangan Rumah Panggung dan galeri pertama dibuat oleh Bapak Affandi sendiri dan diilhami pada sebuah pelepah daun pisang yang memiliki filosofi tersendiri bagi Affandi. Affandi adalah putra ke-4 dari Ra Koesuma yang bekerja sebagai mantra ukur (juru gambar) di pabrik gula Jatiluhur Jawa Barat dengan istri keduanya Lajem yang dahulu merupakan gadis tercantik didesanya. Affandi adalah 5 bersaudara kakak pertama bernama Abu Bakar dan Kakak kedua Moh Subur (seorang insinyur) sedangkan kakak ketiga (perempuan) dan adik Affandi yaitu saudara yang ke 5 (perempuan) meninggal akibat penyakit cacar. Pada masa itu belum ada pengobatan atau vaksin seperti sekarang dan mereka yang sakit cacar hanya dibaringkan diatas daun pisang yang utuh kemudian ditutupi juga dengan daun pisang yang lain supaya terasa sejuk dan tidak dihinggapi lalat. Dari cerita inilah kemudian Affandi mempunyai ide untuk membuat atap – atap Museumnya mirip dengan pelepah daun pisang. Bangunan galeri pertama, dengan luas 314,6 m2, diresmikan oleh Direktur Jendral Kebudayaan Prof. Ida Bagus Mantra pada tahun 1974. Dan pada tahun 1987 Presiden Soeharto memberikan bantuan berupa pendirian sebuah bangunan galeri baru yang kedua dengan menempati area tanah seluas 351,5 m2, dan diresmikan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DR. Fuad Hasan pada tanggal 9 Juni 1988. Museum Affandi ini dikelola oleh Yayasan Affandi sejak tanggal 24 September 1984. Kemudian pada tahun 1997 Yayasan Affandi membangun sebuah galeri yang ke tiga guna melengkapi fasilitas dan sarana pendukung lainnya yaitu lantai I sebagai ruang pamer, lantai II sebagai perkantoran, ruang restorasi lukisan, ruang basement untuk gudang lukisan dan bangunan menara disampingnya sebagai sudut pandang melihat sungai Gajah Wong dan jalan raya dengan luas bangunan 153 m2, yang diresmikan pada tanggal 18 Mei 2000 oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X.