Sistem Registrasi Nasional Museum adalah sistem pendataan terpadu museum yang berisi seluruh data Museum di Indonesia yang telah memiliki Nomor Pendaftaran Nasional Museum dan spesifikasinya.
Syarat Pendirian Museum
Memiliki Visi dan Misi
Memiliki Koleksi
Memiliki Lokasi atau Bangunan
Memiliki Sumber Daya Manusia
Memiliki Sumber Pendanaan Tetap
Memiliki Nama Museum
Berbadan Hukum Yayasan Bagi Museum Yang Didirikan oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat
Ayo Gabung dan Daftarkan Segera Museum Anda!
Unduh FormulirData Permuseuman
Rekapitulasi Data Museum yang telah memiliki Nomor Pendaftaran Nasional, Museum Terstandardisasi, dan Koleksi Museum
UPTD Balai Pengelola Museum Transmigrasi
Jl. Jend. A Yani Gedong Tataan - Kab. PesawaranMuseum Joang 45
Jl. Menteng Raya No. 31Museum Anjuk Ladang
Jalan Gatot Subroto Ringin Anom, Ringin Anom, Kauman, Kec. Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Jawa TimurMuseum Anjuk Ladang merupakan museum umum yang dibangun tahun 1993-1996 atas prakarsa Bupati Nganjuk pada saat itu, yaitu Drs. R. Sutrisno, yang menghendaki seluruh benda cagar budaya yang ada pada saat itu termasuk juga temuan nantinya bisa ditampung di Museum. Koleksi museum tersebut diharapkan bisa bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan, sejarah, pendidikan, dan agama. Museum Anjuk Ladang resmi difungsikan sebagai museum pada 10 April 1996 bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Nganjuk ke-1059. Museum ini awalnya digunakan sebagai sebagai kantor Dinas Pariwisata dan Purbakala Kabupaten Nganjuk dan koleksi museum merupakan koleksi yang berada di Balai Arca. Balai Arca berada di Kelurahan Mangundikaran, tepatnya di sebelah utara Alun-alun Kabupaten Nganjuk. Balai Arca ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan arca, lingga, yoni dan berbagai penemuan lain. Hal itu menyebabkan sebagian besar koleksi yang dimiliki Museum Anjuk Ladang ini tertulis berasal dari Kelurahan Mangundikaran. Nama Museum Anjuk Ladang diambil diambil dari penamaan desa dalam prasasti Anjuk Ladang yang juga menjadi asal mula nama Nganjuk.
Museum Sandi
Jl. Faridan Muridan Noto No.21 Kotabaru YogyakartaPrakarsa pembangunan Museum Sandi berawal dari keluhuran budi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X yang berkeinginan untuk menempatkan koleksi persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta. Hal tersebut disampaikan oleh Sri Sultan HB X saat menerima kunjungan widyakarya mahasiswa Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) pada bulan Maret 2006. Tawaran tersebut disambut baik oleh Kepala Sandi Negara saat itu, Mayjend TNI Nachrowi Ramli yang kemudian membentuk Team Pengisian Museum Sandi yang dipimpin oleh Syahrul Mubarak, S.IP., M.M. Kegiatan pengisian Museum Sandi dimulai pertengahan tahun 2005, bersamaan dengan perencanaan pengembangan Monumen Sandi di Dusun Dukuh, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabpaten Kulon Progo, Propinsi D.I Yogyakarta. Kegiatan tersebut sempat terhenti karena pada bulan Mei 2006 terjadi gempa bumi di sebagian daerah Yogyakarta yang juga merusak museum perjuangan, namun berkat komitmen dan dukungan dari semua pihak, museum perjuangan bisa direnovasi kembali dan museum sandi bisa diresmikan pada hari Selasa, 29 Juli 2008. Untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat yang berkunjung maka pada tanggal 29 Januari 2014 Museum Sandi menempati gedung baru di Jalan Faridan M Noto 21 Kotabaru Yogyakarta. Pembukaan secara resmi gedung baru tersebut dilakukan oleh Gubernur DIY HB X bersama Kepala Lembaga Sandi Negara. Mayjend TNI. Dr. Djoko Setiadi, M.Si. Pembentukan organisasi Museum Sandi telah mendapat persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara berdasarkan surat nomor B/25/M KT.01/2019 tanggal 8 Februari 2019 tentang Penataan Organisasi dan Tata Kerja Badan Siber dan Sandi Negara. Organisasi Museum Sandi diperkuat dengan adanya Peraturan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 3 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Sandi.
Museum Joang 45
Jl. Menteng Raya 31Pada tahun 1938, seorang pengusaha Belanda bernama LC Schomper mendirikan sebuah hotel yang bernama Schomper 1 di daerah Menteng Raya. Hotel ini dibangun khusus bagi pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing dan pejabat pribumi. Ketika Jepang menjajah Indonesia, Hotel Schomper dikuasai oleh pemuda Indonesia dan dijadikan asrama dan tempat pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia. Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Adam Malik, Chaerul Saleh dan sejumlah tokoh Indonesia lainnya merupakan tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendidikan pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada masa ini Hotel Schomper 1 kemudian diganti dengan nama GedungMenteng 31. Seiring perkembangan waktu pada tanggal 19 Agustus 1974, setelah melalui serangkaian perbaikan dan renovasi, Gedung Menteng 31 diresmikan sebagai Museum Joang 45 oleh Presiden Soeharto dan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin
Museum Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota RT. 005/06, Kel. Pinangsia, Kec. Taman Sari Jakarta BaratMuseum Mandiri terletak di Jalan Lapangan Stasiun no. 1 Jakarta-Kota, tepatnya di depan Stasiun Jakarta-Kota atau BEOS. Bangunan yang luasnya mencapai 10.039 m² ini dirancang oleh tiga arsitek Belanda yaitu J.J.J. de Bruijn, A.P. Smits dan C. van de Linde. Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dan diresmikan pada 14 Januari 1933 sebagai Nederlandsche Handel Maatschappij(NHM)NV di Batavia dengan nama de Factorij. Ketika pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan asing pada tahun 1960, gedung ini beralih kepemilikan dan digunakan sebagai kantor pusat Bank Export Import (Bank Exim) mulai 31 Desember 1968 sampai tahun 1995. Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998, hingga akhirnya legal merger BankExim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung ini pun menjadi aset Bank Mandiri. Keluarnya SK Direksi tahun 2003 dan 2004 serta pembentukan Satuan Kerja Museum Development, Operation & Maintenance Section di General Support Services Department maka gedung ini beralih fungsi menjadi museum dan mulai beroperasi pada akhir tahun 2004.