Ragam Topeng Jawa Timur

RAGAM BUDAYA TOPENG JAWA TIMUR

By : Reno Halsamer

 

 

Kesenian berbasis Topeng di Jawa Timur. Setiap daerah memiliki kharakter topeng yang unik. Seni Topeng Ponorogo dengan penari Reog menggunakan Topeng Barongan yang beratnya bisa 50Kg di kepala dengan mengandalkan kekuatan gigi, menggambarkan sosok Harimau yang pemberani.

 

Berbeda dengan Malang yang terinspirasi kisah Panji. Sementara seni topeng Sumenep dikenal dengan Topeng Dhalang, mengangkat kisah Mahabharata.

 

Adapun cara menampilkannya seni topeng tiap daerah berbeda-beda. Kediri memiliki seni topeng Panji yang mungkin saat ini sudah jarang dijumpai.

 

Dongkrek Madiun cenderung ditampilkan untuk upacara tolak bala. Seni topeng Panji Tengger masih dapat dijumpai di Probolinggo dan Lumajang.

 

Madura terdapat seni topeng Dhalang. Dan kemudian Topeng Dhalang berkembang menjadi Topeng Kerte di Situbondo dan Bondowoso. Di Tuban, jenis kesenian topeng yang berkembang bernama thak-thakan, berupa pertunjukan arak - arakan.

 

Topeng Malangan

 

Topeng Malangan atau Wayang Topeng merupakan sebuah Tradisi dan Budaya asli Malang. Sejarah Topeng malangan berkaitan erat dengan Kerajaan Kanjuruhan. Budaya ini merupakan hasil asimilasi antara Budaya India dan Jawa-Kanjuruhan, karena pada masa tersebut banyak pedagang dari India yang berdagang diKanjuruhan. Cerita yang sering dikisahkan dalam Wayang Topeng Malangan biasanya adalah cerita pewayangan India, seperti Ramayana dan Mahabarata.

 

Topeng Malangan memiliki ciri-ciri khas pada pemaknaan bentuk hidung, mata, bibir, warna topeng dan ukirannya. Topeng malangan memiliki 5 warna khas yang memiliki sifat masing-masing. Ada lebih kurang dari 76 Karakter tokoh yang terdapat dalam seni yang berkembang sejak zaman Hindu-Buddha ini. Hingga akhirnya hanya ada enam karakter yang paling menonjol dalam wayang topeng tersebut.

 

Putih memiliki sifat jujur, suci dan berbudi luhur, serta tulus. Kuning menggambarkan kemulian. Hijau menggambarkan watak yang suka damai. Merah menggambarkan angkara murka, licik, dan keberanian. Hitam menggambarkan kebijaksanaan, ukiran dan ragam kias pada topeng malangan, berupa urna di bagian kuning berupa melati, kantil.

 


Topeng Dalang Madura

 

Di Madura sejak lama dikenal “Topeng Dhalang” (Topeng Dheleng). Diperkirakan pertunjukan ini sudah dikenal sejak abad XV – XVI. Pertunjukan Topeng memainkan karakter tokoh tertentu, baik yang halus, kasar, gagah, lembut, licik, buas, lucu, dan sebagainya.

 

Tradisi Topeng Dhalang Madura, jadi bagian penting bagi kesenian masyarakat Madura, khususnya di Sumenep, Dalam hajatan, rokatan. Topeng Dalang Madura awalnya dari Jawa, kemudian datang ke wilayah Proppo, yakni wilayah Kabupaten Pamekasan yang berbatasan dengan Kabupaten Sumenep. Dalam pergelarannya, Topeng Dalang berbentuk drama atau tonil dengan mengambil cerita Mahabarata dan Ramayana. Topeng Dalang Madura memiliki kesamaan dengan Topeng Malangan, karena kedua wilayah ini sama-sama pernah menjadi bagian dari Kerajaan Singasasari.

 

Ada dugaan bahwa Kakawin Ramayana menjadi sumber lakon awal, sebab Kakawin Ramayana digubah pada Zaman pemerintahan Raja Balitung, Tahun 820- 832 Caka (898-910 Masehi). Setelah pusat Kerajaan berpindah ke Jawa Timur, muncul sumber baru seperti Mahabarata (Adiparwa dan seterusnya) yang digubah pada Zaman pemerin­tahan Raja Dharmawangsateguh (913-938 Caka atau 991-1016 Masehi). Kemudian disusul oleh Sastra Panji yang diperkirakan lahir pada Zaman Kertanegara dari Singasari (1190-1214 Caka atau 1268-1292 Masehi).

 

Adapun penggambaran karakter, nampak pada bentuk muka dan warna putih berjiwa bersih dan satria. Merah tenang dan penuh kasih sayang. Hitam arif bijaksana dan bersih dari nafsu duniawi. Kuning mas anggun dan berwibawa. Kuning pemarah, licik dan sombong. Ciri khas yang paling unik dari tari topeng Dalang Madura dipakainya gungseng dipergelangan kaki sang penari.

 

 

Reog Ponorogo

 

Reog karya Kustopo, awal mulanya reog Ponorogo merupakan cerita tentang Raja dari Kerajaan Bantarangin yang sekarang dikenal sebagai kota Ponorogo. Raja tersebut bernama Kelana Suwandana. Ia berniat melamar putri Kerajaan Kediri yang bernama Dewi Ragil Kuning yang dijuluki Putri Sanggalangit. Namun saat diperjalanan ia dicegat oleh Raja Kediri yang bernama Singabarong, dengan pasukan bala tentaranya yang terdiri dari burung dan singa.

 

Sedangkan kala itu, pasukan Kerajaan Ponorogo, Raja Kelana dan Wakilnya Bujanganom dikawal oleh warok. Warok merupakan pengawal Raja yang memiliki kekuatan ilmu hitam yang mampu mematikan lawan-lawan nya.


Kemudian terjadilah perang tanding antara kedua Kerajaan. Kedua kubu memiliki kekuatan yang besar, sehingga pertarungan terjadi beberapa hari dan tidak ada yang menang. Mereka pun akhirnya berdamai karena kekuatannya habis.


Akhirnya Raja Kediri menerima lamaran Raja Bantarangin yang melamar putrinya. Pada saat kedua mempelai menikah, pasukan merak dan singa serta warok mengadakan atraksi sebagai sebuah tontonan.

 

Selanjutnya perang-perangan antara merak dan singa melawan warok dijadikan sebuah pertunjukan tarian bernama Reog. Tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bantarangin yang bernama Ponorogo.

 

 

Tokoh - Tokoh Reog Ponorogo

 

Singa Barong

Singa Barong berupa kepala harimau, topeng Singa Barong, dan tancapan bulu-bulu merak. Kostum ini terbuat dari kerangka kayu, bambu, dan rotan. Dengan ukuran 2,25 x 2,30 meter, dengan berat + 50 Kg.

 

Topeeng Bujang Ganong

Bujang Ganong digambarkan sebagai tokoh energik, kocak, dan memiliki seni bela diri. Topeng Bujang Ganong memiliki mata bulat melotot, gigi tonggos, rambut gimbal, dan hidung besar. Topeng ini digunakan untuk penari Bujang Ganong.

 

Kuda Lumping / Jathilan

Jathilan adalah penari perempuan yang merupakan prajurit berkuda menggambarkan ketangkasan prajurit menggunakan kuda untuk berlatih. Kuda terbuat dari anyaman bambu disebut eblek atau kuda lumping. Digambarkan sebagai kuda warna putih yang memiliki kedua mata warna merah.

 

Warok

Warok adalah peraga dari kesenian Reog Ponorogo warok di gambarkan sebagai tokoh yang dapat memberi segala sesuatu yang diajarkan atau pengajaran pada orang lain tentang hidup.

 

Tari Dongkrek Madiun 

Dongkrek adalah kesenian daerah asli dari Desa Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kawedanan Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Tarian dan iringan musik yang mengkisahkan upaya Raden Ngabei Lo Prawirodipuro dalam mengatasi pageblug mayangkoro, dimana saat itu masyarakat Mejayan terkena wabah penyakit dikisahkan pagi harinya sakit sore harinya meninggal, begitu pun saat sore sakit maka paginya meninggal.

 

Tari Topeng Barongan Kediri

Topeng Barongan Singo Barong, Penari di bagian ini menggunakan Kruduk Ponoragan atau Kruduk Barongan, Rompi setengah, Embong Ponoragan, Celana pembarong Sembryong Ponoragan atau Celana Serembyong kreasi baru bentuk celana barong sai.


Tari Topeng Panji Tengger

Tari Topeng Tengger khas Lumajang, Jawa Timur, Tari Topeng yang disertai dengan dialog seorang dalang yang mengisahkan asal mula dilakukannya ritual Kasada Suku Tengger. Upacara Kasada berasal dari Jawa Timur. Upacara ini merupakan salah satu upacara adat dari Suku Tengger yang masih lestari sampai sekarang.

 

Tari Topeng Kerte, Situbondo

Topeng Kerte yang lahir pada tahun 1950-an didirikan oleh Kertesuwignyo. Topeng Kerte sangat dikenal dan diminati masyarakat Situbondo. Kertesuwignyo mengembangkan kesenian Topeng Kerte secara turun temurun. Saat ini seniman-seniman Topeng Kerte masih aktif di Situbondo.

 

Bantengan, Kota Batu

Bantengan merupakan tradisi pertunjukkan seni budaya yang menggabungkan unsur sendratari, olah kanuragan, musik, dan syair/mantra yang dibarengi dengan unsur mistis yang kental.

 

Kebo-Keboan, Banyuwangi

Kebo-keboan merupakan Upacara Adat Suku Osing Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam upacara ini ditampilkan kebo-keboan atau manusia yang dirias layaknya kerbau. Upacara Kebo-keboan merupakan wujud rasa syukur masyarakat Suku Osing terhadap hasil panen yang mereka terima. Ritual ini juga berfungsi sebagai upacara bersih desa agar masyarakat terhindar dari bahaya.


Museum : Museum d'Topeng
Tipe Kajian : Koleksi
Tahun : 2022
Pengkaji : Pengelola Museum
Nama Pengkaji : Reno Halsamer dan Wisnu Hari Adi
Bentuk Publikasi : Non Digital Museum
Media Publikasi : Seminar Publik
Tautan Media Publikasi :
File Kajian : Lihat File Kajian
Testimoni