Bala Sewu (Brahala)

museum basoeki abdullah

Deskripsi

Rupa wayang dengan ciri raksasa tinggi dan besar sebagai perwujudan Dewa Wisnu dalam situasi amarah yang memuncak (sebagai Kala, dalam konteks Jawa Kuna), dengan ciri-ciri, mata hitam plelengan dua yang melotot secara tajam, seluruh badan berwarna hitam, berambut merah menyala bagai api terurai tegak ke segala penjuru disertai senjata-senjata yang terkumpul di sana. demikian pula tangan belakang yang menggenggam berbagai senjata seperti tombak, panah, keris, dan gada. Berhidung bak haluan kapal, keempat taring atas dan bawah serta gigi-gigi tampak meruncing kekuningemasan. mpak datar sedang yang bagian belakang tumitnya agak diangkat, seolah-olah hendak melangkah.

Sejarah

Bala Sewu atau Bala Srewu sering disebut juga Brahala atau Triwikrama merupakan perwujudan penjelmaan Wisnu dalam keadaan marah dari wujud semula yang secara secara fisik dan karakter yang ramah dan santun. Penjelmaan Wisnu dalam konteks wayang kulit purwa hidup pada masing-masing zaman sesuai dengan peran Dewa Wisnu sebagai penjaga ketentraman alam semesta, seperti Arjunasasrabahu, Rama, dan Kresna. Di dalam tradisi wayang peran itu disebut Wisnu Binelah, yaitu Dewa Wisnu yang membelah badannya, setengah badan pada Raja Arjunasasasrabahu dan setengah lainnya kepada Raden Sumantri, dalam era Kerajaan Maespati. Pada zaman Ramayana menjelma kepada Rama dan Laksmana, dan pada zaman Mahabharata menjelma kepada Kresna dan Arjuna. Bala Sewu (Brahala) dapat berubah wujud semula dalam kondisi karakter yang ramah hanya dengan saran permohonan dan puji-pujian kepadanya, biasanya oleh dewa atau tokoh yang betul-betul dikenalinya dengan baik.

Nomor inventarisasi :

05.02.8WK.011

Nomor Registrasi :

05.02.8WK.148

Tempat Pembuatan :

Status Cagar Budaya :

Bukan Cagar Budaya

Klasifikasi :

Seni Kria

Kondisi Koleksi :

Tidak Utuh

Tanggal Registrasi: