Meriam Sijagur
museum sejarah jakarta
Deskripsi
"Dinamakan Si Jagur atau Kiai Setomo ini adalah salah satu dari tiga" "meriam suci" ", bersama dengan Ki Amuk di Banten dan Niai Setomi di Solo. Menurut Crucq (1937, 1939) itu dibuat antara 1625 dan 1634 oleh Manoel Tavares Bocarro Portugis di Macao, Cina. Kaliber meriam adalah 24 cm (diameter bagian dalam batang) sesuai dengan bola meriam batu 36 pon atau besi 100 pon. Berat 7000 lb (3,5 ton) tertulis di atasnya. Anggur berbentuk kepalan tangan wanita dengan ibu jari yang menjulur di antara telunjuk dan jari tengah merupakan tanda ejekan atau penangkal kejahatan, baru kemudian menjadi simbol pornografi. Meriam itu membawa tulisan Latin pada pita perunggu: Ex me ipsa renata sum, atau dari diriku sendiri aku terlahir kembali. Itu berarti bahwa meriam tersebut mungkin dibuat ulang dari satu atau lebih meriam bekas. Apakah prasasti tersebut mengacu pada angka XVI adalah hanya dugaan. "
Sejarah
Meriam portugis ini di bawa ke Batavia oleh belanda sesudah merebut Malaka (1641), panjangnya 3.81 m, beratnya 7000 lb. atau peluru batu 36 pound atau peluru besi 100 pound. Pada awal ditempatkan di benteng Batavia untuk menjaga pelabuhan, tetapi kemudian dipindahkan ke magasin artillery dekat jl.tongkol. sesudah magasin ini di bongkar pada tahun 1810, Meriam Si jagur di tinggalkan, mungkin karena terlalu berat. Meriam besi ini dituang oleh manoel Tavares boearro di macau, china, dan mungkin pada awal diletakan dibengkel St.jago de Barra ( dan oleh sebab itu di beri nama Si jagur ? ) sebelum dipindah ke kota Malaka, di atas meriam ini terukir tulisan berbahasa latin : “Ex me ipsa renata sum” berarti : dari saya sendiri aku dilahirkan kembali, kalimat ini menunjukan bahwa Si jagur dituang dari satu atau lebih meriah bekas, pada tahun 1692 tulisan 7000 ditambah di depan lobang penyulut atau perintah direktur General Joan Van Hoorn ( belakangan dia menjadi Gubernur General ) ysng ingin mengetahui berat meriam Si jagur. Bentuk meriam Si jagur unik karena bagian belakang berbentuk tangan dengan ibu jari dijepit antara jari telujuk dan jari tengah, kepalan tangan diperkirakan kepalan tangan perempuan, hal tersebut dapat dilihat dari gelang mutiara yang melingkar pada pergelangan tangan yang tampa menyembul dari lengan baju berbordir, dan juga dari bahasa tulisan latin (“a” dari ipsu mengaeu pada hal yang bersifat perempuan, sedangkan “o” dari ipso mengaeu pada hal yang bersifat laki-laki ). Bentuk kepalan tangan tersebut dalam bahasa portugis disebut “manoin figa” yang dapat diartikan sebagai simbol untuk menangkal kejahatan atau juga untuk mengejek orang belanda, musuh besar dari orang portugis.tidak lama sesudah meriam ditinggalkan pada abad 19, orang mulai percaya tenaga-tenaga ghaib dari meriam ini, terutama utuk wanita yang ingin melahirkan, sebab ini meriam disebut “Heilig kanon” atau meriam suai. Sama dengan dua meriam suai yang lain, yaitu si Amuk ( ki Amuk ) di museum banten dan nyai Setomi dikeraton Surakarta (solo), 3 meriam ini disebut “de drie heilig kanonnen’, atau 3 meriam suei. Berdasarkan K.C. Crueq, 1937, De gesehiedenis van het heilig kanin te Batavia (Sejarah meriam suei di Batavia ). Dan tulisan” berikutnya. Meriam-Meriam lain Didepan Museum terdapat 4 meriam dengan kaliber 14 cm, dan panjangnya bervariasi antara 2.81 dan 3.30 m di atas 1 dari 4 meriam ini diukur tulisan “D VOC’. Huruf D berarti Delft, salah satu dari 6 kota Belanda yang mendirikan VOC. Tidak ada tulisan jelas di Meriam lain. Meriam-meriam ini didapat pada tahun 1983 waktu pekerjaan penggalian di barak militer asrama siliwangi, senen, Jakarta. Dihalaman belakang museum terdapat 3 meriam kecil, dengan kaliber 9-10 cm. meriam” ini didapat juga pada tahun 1983 waktu pekerjaan penggalian dikali pakin.
Nomor inventarisasi :
OB, DL, KBG MSJ'07, MSJ'08
Nomor Registrasi :
01
Tempat Pembuatan :
Macau, Cina
Status Cagar Budaya :
Cagar Budaya - Benda
Klasifikasi :
Historika
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
11 Apr 2010
Cara Perolehan:
Warisan
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
31.73.K.03.0187
Alamat Museum:
Jl. Taman Fatahillah No.1 Kel. Pinangsia, Kec. Tamansari, Kota Administrasi Jakarta Barat