Prajurit Gladak

galeri nasional indonesia

Deskripsi

Sulasno Prajurit Gladak Cat minyak di atas kaca 132 x 60 cm 2015 Deskripsi: Lukisan berbentuk persegi panjang yang menggambarkan 14 pasukan prajurit Gladak yang berbaris. Pada barisan pertama, terdapat dua orang pembawa obor yang diikuti oleh dua orang yang memanggul drum dan diakhiri dengan dua orang pembawa obor. Pasukan tersebut menggunakan baju dan topi berwarna merah dan jarik berwarna hitam dengan motif lingkaran emas. Disamping pembawa drum terdapat seorang yang menggunakan baju adat Jawa (Surjan) berwarna hitam dengan tepian emas dan menggunakan sorban. Barisan kedua, terdapat dua penunggang kuda. Penunggang pertama menggunakan baju berwarna putih dengan tepian hiasan emas. Penunggang tersebut membawa bendera panji berwarna hijau dengan gambar pedang emas. Penunggang kedua menggunakan baju berwarna hijau dengan tepian emas dan menggunakan jarik parang. Penunggang tersebut membawa bendera panji berwarna hitam dengam gambar pedang emas. Pada setiap sisi kuda, terdapat seorang abdi yang berjalan sambil memegang tali kekang kuda. Barisan terakhir terdapat tiga orang yang berbaris. Dua orang paling depan menggunakan baju berwarna putih dan jarik parang yang digunakan dengan gaya Sapit Urang (dikenakan pendek, diatas lutut). Pada bagian latar berwarna cream, dengan gradasi semakin gelap pada bagian atas. Pada bagian bawah berwarna coklat dengan garis-garis. Terdapat juga aksara jawa baru Sulasan yang berarti seribu pada bagian bawah pojok kanan. Judul lukisan Prajurit Gladak ini merujuk pada abdi dalem Kanca Gladak yang digambarkan berada di barisan depan dengan pakaian dan topi merah serta jarik kain jumputan. Abdi dalem adalah orang yang mengabdikan diri sebagai aparatus sipil di Keraton Yogyakarta dan biasanya tinggal di lingkungan keraton. Sedangkan, abdi dalem Kanca Gladak sendiri adalah perwakilan utusan dari daerah-daerah yang masih merupakan lingkup wilayah Keraton Yogyakarta. Mereka biasanya ditugaskan untuk mengangkat sesuatu dalam arak-arakan, terlihat pada obor dan drum yang diangkat dalam lukisan. Pada lukisan ini juga terdapat dua bendera panji yang disebut sebagai Kanjeng Kiai Tunggul Wulung (berwarna biru kehitaman) dan Kanjeng Pare Anom (berwarna hijau). Bendera Kanjeng Kiai Tunggul Wulung adalah bendera simbol Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang disakralkan karna dipercaya memiliki kekuatan magis. Keberadaan kedua panji tersebut membuat lukisan ini kemungkinan menggambarkan upacara Wiyosan Kanjeng Kiai Tunggul Wulung. Upacara ini merupakan arak-arakan panji Kanjeng Kiai Tunggul Wulung dan Kanjeng Pare Anom dengan tujuan untuk membasmi wabah penyakit di Kota Yogyakarta. Kedua panji tersebut dibawa oleh Kiai Kanjeng Pangulu dan wakilnya dengan menggunakan kuda. Terdapat juga abdi dalem golongan Kaji yang memiliki tanggung jawab mengenai keagamaan di Keraton. Biodata Seniman: Sulasno Sulasno merupakan seorang seniman kelahiran Wonosari, Gunungkidul pada tanggal 1 Maret 1957 dan mulai menggeluti bidang seni lukis kaca sejak tahun 1985. Beberapa hasil karya yang sudah dibuat dengan figur-figur terkenal, seperti Bunda Maria, Dewi Kwan Im, Putri Campa dan Semar dalam berbagai versi, termasuk figur Raja-Raja Keraton Yogyakarta mulai dari Hamengku Buwono I hingga IX. Kecintaannya terhadap seni tradisional khususnya lukisan kaca, telah mengantarkannya sebagai satu dari sepuluh seniman yang mendapat Bentara Budaya Award tahun 2012.

Sejarah

Nomor inventarisasi :

008/SLK/D

Nomor Registrasi :

-

Tempat Pembuatan :

-

Status Cagar Budaya :

Bukan Cagar Budaya

Klasifikasi :

Seni Kria

Kondisi Koleksi :

Utuh

Tanggal Registrasi:

$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi

Cara Perolehan:

-

Keaslian:

Asli

Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:

31.71.K.01.0175

Alamat Museum:

Jl. Medan Merdeka Tim. No.14, RT.6/RW.1, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110

Galeri

Testimoni