TOKOH WAYANG TOGOG
museum wayang banyumas
Deskripsi
a. Bagian : Satu Set Wayang Kulit Purwa b. Bentuk : Pipih c. Bahan : KULIT d. Teknik : Tatahan e. Warna : Dominan warna emas f. Dekorasi : Sunggingan g. Ornamen : Kethu, Baju, Dodot h. Tanda tanda : Cablaka i. Asesori : Gelang, Sabuk, Keris, Pedang, Gelang j. Fungsi : Ponokawan k. Simbol : Kesetiaan l. Arti : (-) m. Gaya : Kekeh pendiriannya n. Kelengkapan : Satu Set Wayang Purwa
Sejarah
Sejarah Tokoh Togog adalah seorang Dewa, anak dari Sang Hyang Tunggal, sebelum menjadi manusia dulu Sang Hyang Tunggal mempunyai anak yang lahir berupa telur, setelah dipuja telur itu pecah dan menjadi 3 (tiga) bayi kembar, dari kulit telur (cangkang: Jawa) jadi bayi yang diberi nama Sang Hyang Tejamaya atau Antaga, putih telur menjadi bayi yang diberi nama Sang Hyang Ismaya, dan kuningnya menjadi bayi yang diberi nama Sang Hyang Manikmaya Dari tiga bayi tersebut setelah menginjak dewasa anak-anak ini berebut ingin menguasai Kahyangan dengan melalui perang tanding, akan tetapi semua tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah karena semuanya sakti mandraguna. Akhirnya Hyang Tunggal mengadakan sayembara, siapa saja yang bisa menelan gunung dan memuntahkan Kembali, itulah yang berhak menjdi raja di Kahyangan menguasai 3 (tiga) dunia. Ada juga versi yang sayembaranya menelan bintang (lintang) hal ini dalam pedhalangan disebut “sanggit” atau versi dhalang masing-masing, tetapi kalau versi sanggit Banyumas menelan gunung. Ketiga anak Hyang Tunggal serentak menelan gunung, Tejamaya atau Antaga tidak mampu menelan gunung sampai mulutnya sobek, Ismaya mampu menelan tetapi tidak mampu memuntahkan kembali, satu-satunya yang mampu adalah Manikmaya, oleh karena itu Manikmaya yang berhak menjadi Raja Kahyangan dengan gelar Sang Hyang Bethara Guru. Sedangkan Hyang Tejamaya / Antaga dan Ismaya disuruh ke bumi, untuk membimbing manusia dengan menyamar sebagai panakawan. Hyang Tejamaya / Antaga diberi nama Togog Tejamantri dan disuruh membimbing orang-orang yang berwatak antagonis atau orang yang angkara, jahat, dan temperamen. Togog sendiri dipakai dalam pakeliran Kedu, Jogja, Solo, sedangkan dalam pakeliran Banyumas mempunyai ciri khas tersendiri, artinya sangat beda dengan tokoh Togog di daerah lain. Secara fisik bentuk Togog di pakeliran Banyumas sangat unik karena memakai kethu atau kopyah, memakai baju dan aksesoris lengkap. Mengapa di pakeliran Banyumas selalu menggunakan aksesoris lengkap karena Togog menjadi panakawan yang selalu mengikuti Raja yang notabene orang-orang kaya dan yang sangat baku adalah cara bicaranya menggunakan dialek Banyumasan (Bahasa Ngapak). Panakawan Togog juga mempunyai teman yang Bernama Sarawita, yang selalu bersama-sama dalam mengabdi pada tokoh antagonis dan bentuknyapun sangat unik bertolak belakang dengan Togog yang bentuknya gemuk, sedangkan Sarawita secara fisik bentuknya sangan kecil dan kurus, kalau di pakeliran daerah Jogja, Solo tokoh Sarawita Namanya Bilung bentuknya juga agak gemuk.
Nomor inventarisasi :
179
Nomor Registrasi :
179/MSMBMS/A/IV/2021
Tempat Pembuatan :
Kabupaten Banyumas
Status Cagar Budaya :
Bukan Cagar Budaya
Klasifikasi :
Seni Kria
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
13 Apr 2021
Cara Perolehan:
Hibah
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
33.02.K.04.0141
Alamat Museum:
Jl. Budi Utomo No.1, Banyumas, Sudagaran, Kec. Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah