museum

Museum Rumah Adat nan Baanjuang

Jl. Cindua Mato No. 10

Museum Rumah Adat nan Baanjuang merupakan museum umum yang didirikan pada 1 Juli 1935 oleh seorang Belanda bernama Mr. Mondelar Countrolleur. Bangunan museum pada awalnya merupakan Rumah Adat nan Baanjuang (rumah gadang) yang berada di area kebun binatang.

museum

UPTD Museum Adityawarman

Jl. Diponegoro No. 10

Museum Adityawarman merupakan museum umum yang penamaannya didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 01/1991 Tanggal 9 Januari 1991, pemakaian nama Adityawarman untuk mengingatkan kebesaran nama salah seorang Raja Minangkabau yang berkuasa pada abad ke-14. Setelah otonomi daerah, tahun 2001 status Museum Adityawarman resmi dikelola Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dibawah naungan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yang kemudian menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat dan pada bulan Desember 2016 sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 Unit Pelaksana Teknis Daerah Museum Adityawarman berada dibawah koordinasi Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat. Museum ini mulai dibangun pada tahun anggaran 1974/1975 dan diresmikan pada tanggal 16 Maret 1977 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Sjarif Thayeb

museum

Museum Goedang Ransoem

Jl. Abdul Rahman Hakim

Museum Goedang Ransoem adalah museum khusus yang keberadaannya atau bertempat di bagunan Goedang Ransoem yang di bangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1918. Berdirinya komplek Dapur Umum yang sekarang menjadi Museum Goedang Ransoem sebagai pusat pendistribusian makanan bagi para buruh tambang batubara pada zaman kolonial Belanda dilatar belakangi oleh sistem pembagian makanan yang buruk yang dilakukan oleh pihak ketiga. Pada masa itu surplay makanan untuk pekerja tambang dikontrakan pada pihak ketiga Tionghoa oleh Pemerintah Koloial Belanda. Namun pihak ketiga melakukan pembagian yang curang sehingga terjadi korupsi dalam pengelolaan makanan untuk para pekerja tambang. Terjadinya Korupsi dalam penyediaan makanan karena kurang kotrolnya pemerintah terhadap pasokan makanan yang akan diberikan untuk pekerja. Untuk mengatasi hal terjadi dalam perusahaan tambang mengenai surplay makanan maka pada tahun 1912 hingga tahun 1918 perusahaan Belanda mengambil alih tugas pendistribusian makanan dengan mengangkat seorang pengawas Belanda serta tiga orang penjaga yang akan bertanggung jawab untuk mendistribusikan makanan. Pada tahun 1918 Perusahaan Belanda akhirnya mendirikan kompleks Dapur Umum untuk menyiapkan dan menyimpan persediaan makanan untuk sebagai salah satu uaha untuk mengatasi semua masalah yang dihadapi mengenai makanan pekerja pada saat itu. Tingginya aktifitas yang dikerjakan di kawasan Gudang Ransoem maka pemerintah kolonial Belanda membagi tugas para pekerja Dapur Umum yang berjumlah hingga 100 orang menjadi tiga bagian yaitu 1.Kelompok masak dari pagi hingga sore hari 2.Kelompok masak sore hingga malam hari 3.Kelompok masak malam hingga pagi hari Kegiatan aktifitas didapur umum berlansung sampai masa anggresi Belanda ke 2 di Sawahlunto tepatnya pada tahun 1949. Tahun 1950 dapur umum berubah fungsi sebagai kantor administrasi Perusahaan Tambang Batubara Ombilan. Karena perubahan fungsi maka peralatan dapur yang ada dipindahkan ke Bengkel utama serta dilelang kepada masyarakat kota Sawahlunto yang pernah bekerja di perusahaan tambang batubara. Karena situasi dan kondisi yang terjadi di Sawahlunto maka fungsi dapur umum pun menagalami perubahan juga dari waktu ke waktu. Pada tahun 1970 s.d 1980 bangunan ini berubah menjadi gedung sekolah untuk SMP( sekolah menegngah pertama). Tahun 1980 s.d 2004 bangunan berubah fungsi menjadi hunian masyarakat. Pada akhir tahun 2004 Pemerintah Kota Sawahlunto merencana melakukan revitalisasi bangunan dapur umum dan tahun 2005 bagunan goedang direvitalisasi dan dikonservasi oleh pemerintah Daerah Kota Sawahlunto menjadi sebuah museum yang diberi nama museum Goedang Ransom. Museum Goedang Ransoem di resmikan pada tanggal 17 Desember 2005 oleh Bapak Yusuf Kala yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presinden. Mengapa diberi nama Goerang Ransoem karena bangunan yang terdapat dikawasan ini dahulunya berfungsi sebagai tempat memasak, menyimpan dan membagikan makanan kepada pekerja tambang, Official Belanda Pasien dan pegawai rumah sakit yang bekerja di Perusahaan Tambang Batubara Ombilin di Zaman Kolonial Belanda.

Testimoni