museum

Tanteri Museum of Ceramic Art merupakan museum yang didirikan pada 30 Mei 2011, berlokasi di Tabanan Bali dan dikelola oleh Yayasan Tanteri. Museum ini menyajikan berbagai jenis gerabah dan keramik yang dihasilkan dari Desa Pejaten dan dari berbagai wilayah Indonesia. Nama ‘Tanteri’ berasal dari nama seseorang yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan kerajinan keramik di Desa Pejaten. Selain Tanteri, tokoh yang juga penting bagi perkembangan keramik Pejaten adalah I Wayan Kerta, Mangku Kuturan, dan I Made Durya.

museum

Museum Wiswakarma

Br. DENJALAN BUTUBULAN

Museum ini saya bangun untuk membayar utang kepada masyarakat, punagi pada tanah kelahiran atas pembelajaran – pembelajaran yang panjang serta mensyukuri anugrah yang yang lebih cukup dari perjalanan bisnis saya yang sahaja. Saya menekuni dunia perundagian sejak kecil, belajar guna – gina hidup dari kakak I Wayan Catok. Beliu adalah kakak, guru, teman, sakaligus “ayah” dalam perjalanan panjang penuh onak duri hidup ini. Darinya saya mendpat bimbingan, gemblengan, bagaimana memberdayakan hidup di tengah - tengah kemiskinan, dalam kehidupan yang tertatih, muram, pedih dan menderita. Kenang I Ketut Pradnya pemilik, penggagas, Pendirian Wiswakarma Museum yang kini terbangun pada areal luas di kawasan Polo Candani, Batubulan, Gianyar

museum

Neka Art Museum

Jl. Raya Campuhan

Neka Art Museum merupakan museum yang didirikan Pande Wayan Suteja Neka, atau yang lebih dikenal sebagai Suteja Neka. Ayahnya yaitu, I Wayan Neka merupakan pemahat terbaik di Bali dan pernah menerima penghargaan pada 1960. Ia yang membuat patung burung garuda setinggi tiga meter untuk Paviliun Indonesia ketika acara New York World Fair di Amerika Serikat pada 1964. Suteja Neka mulai mengumpulkan koleksinya ketika ia berteman dengan Rudolf Bonnet dan Arie Smith. Pada 1975, Neka dan Bonnet melakukan perjalanan ke Eropa untuk mengunjungi museum dan galeri. Karena perjalanan tersebut, Neka bercita-cita untuk mendirikan museum di Bali. Setelah dilakukan perencanaan, Neka Art Museum resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daoed Joesoef pada 7 Juli 1982.

museum

Njana Tilem Museum

Jl. Raya Mas No. 162

Njana Tilem Museum merupakan museum yang didirikan untuk didedikasikan bagi karya pilihan dari dua orang maestro seni kriya, yaitu Ida Bagus Njana dan Ida Bagus Tilem. Njana dan tilem, ayah dan anak, masing-masing memiliki keunikan. Njana mengembangkan seni yang menampilkan kesan modern dengan garis-garis sederhana yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Tilem menampilkan bentuk-bentuk alami kayu untuk mengekspresikan emosi manusia. Koleksi mereka ini ditampilkan di museum dalam bangunan berarsitektur Majapahit. Museum ini didirikan untuk mewujudkan cita-cita Alm. Ida Bagus Tilem dalam menjaga dan melestarikan seni dan budaya terutama seni rupa patung Bali.

museum

The Blanco Renaissance Museum

Jl. Raya Campuhan

Blanco, dibantu oleh seorang Bali, membangun gubuk bambu pertamanya di Ubud. Blanco kemudian jatuh cinta dan menikah dengan Ni Rondji, gadis Bali anak tukang kayu yang membantunya membangun rumah. The Blanco Renaissance Museum di Ubud merupakan impian terakhir Antonio. Ia mendesain konsep museum dan meletakkan batu pertamanya pada tahun 1998. Sayangnya, saat museum diresmikan pada tahun 2000, Antonio Blanco sudah tidak sempat menyaksikannya. Arsitektur The Blanco Renaissance Museum merupakan perpaduan antara arsitektur Spanyol dan Bali yang menggambarkan perpaduan antara Blanco dan istrinya. Di depan pintu masuk museum, berdiri megah gapura yang merupakan logo museum, berbentuk tanda tangan sang maestro.

museum

PUMA Museum (Putrawan Museum of Tribal Art)

Jl. Trenggana No 108 Banjar Pelagan

PUMA Museum (Putrawan Museum of Tribal Art) merupakan museum yang didirikan pada 14 Oktober 2004 dan diresmikan oleh Walikota Denpasar, Drs. A. A. Puspayoga pada 31 Desember 2004. Museum ini berawal dari kecintaan pemiliknya terhadap benda-benda seni, sehingga akhirnya mengantarkan Made Gede Putrawan menjadi kolektor karya seni, baik seni lukis, patung, maupun seni primitif dengan koleksi sebanyak 385 dan 210 koleksi utama. Pengumpulan koleksi telah dilakukan sejak tahun 1970. Untuk menambah nilai dari museum, ditampilkan lukisan I Made Wiradana pada bagian depan bangunan museum. I Made Wiradana merupakan pelukis yang karyanya terinspirasi oleh seni primitif yang digambarkan pada keramik.

Testimoni