Data Kajian
Kajian Potensi Cagar Budaya Situs Trinil
Museum Trinil
2017 - Instansi
Sebaran temuan Situs Trinil saat ini sudah lebih jelas distribusinya setelah hasil kajian pada tahun 2017. Secara lateral, di dalam meander sungai Bengawan Solo bagian dari Situs Trinil wilayah yang mengandung temuan ataupun singkapan geologi tersebar di beberapa titik yang termasuk di dalam Desa Gemarang, Kecamatan Kedunggalar. Sementara itu, di sisi selatan dari situs wilayah tersebut terdapat di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, di sisi barat terdapat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Kedunggalar, di sisi utara terdapat di Desa Papungan, Kecamatan Pitu dan di sisi timur terdapat di Desa Ngancar, Kecamatan Pitu. Selain itu, hasil test pit secara vertikal di beberapa titik antara lain di Desa Kawu dan Desa Gemarang telah menegaskan distribusi area potensial di Situs Trinil. Fauna yang ditemukan selama proses kajian di Situs Trinil menunjukkan karakter fauna yang berumur 1 juta tahun yang lalu. Lebih khusus, sisa fauna hasil ekskavasi TR3/TRL/2017 sebagian besar ditemukan pada lapisan konglomeratan yang merupakan bagian dari Formasi Kabuh. Satu diantara tulang yang temukan menunjukkan jejak aktivitas manusia, tulang tersebut teridentifikasi sebagai fragmen proximal metacarpal dextra Cervidae. Perlu digarisbawahi bahwa temuan cut marks pada tulang hasil kajian pada tahun 2017 ini merupakan temuan pertama yang ditemukan di Situs Trinil.
Kajian Potensi Cagar Budaya Situs Trinil Lanjutan
Museum Trinil
2018 - Instansi
Kajian potensi Cagar Budaya Situs Trinil tahun 2018 merupakan kelanjutan kajian dari tahun 2015, 2016 dan tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan potensi temuan secara lateral maupun vertikal serta sebaran singkapan geologi guna mengetahui sebaran wilayah potensial di Situs Trinil. Tujuan lainnya ialah mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan situs. Metode penelitian menggunakan penalaran induktif dengan tipe penelitian eksploratif. Secara lateral, di dalam meander sungai Bengawan Solo bagian dari Situs Trinil wilayah yang mengandung temuan ataupun singkapan geologi tersebar di beberapa titik yang termasuk di dalam Desa Gemarang, Kecamatan Kedunggalar. Sementara itu, di sisi selatan dari situs wilayah tersebut terdapat di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, di sisi barat terdapat di Desa Karanggeneng dan Desa Bangunrejo Lor, Kecamatan Pitu, dan Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar, di sisi utara terdapat di Desa Papungan, Kecamatan Pitu dan di sisi timur terdapat di Desa Ngancar, Kecamatan Pitu. Hasil test pit secara vertikal di beberapa titik antara lain di Desa Kawu dan Desa Gemarang telah menegaskan distribusi area potensial di Situs Trinil. Fauna yang ditemukan hingga 2018 tidak menunjukkan perbedaan yang signifkan dengan kelompok fauna dari biostratigrafi Fauna Trinil. Namun, diantara temuan tulang yang ditemukan pada tahun 2017 terdapat cut mark pada fragmen proximal metacarpal dextra Cervidae. Lebih dari itu, pada tahun 2018 ini kajian di Situs Trinil telah dihasilkan beberapa artefak batu berupa serpih. Selain itu, guna mendukung pelestarian dan pemanfaatan situs diperlukan pelibatan masyarakat yang lebih optimal. Berdasarkan hasil yang telah didapat, dalam rangka bentuk upaya pelindungan situs kedepan dapat dilakukan delineasi.
Perumusan Rekomendasi Pengembangan Pariwisata Budaya Berkelanjutan-Studi kasus di Sangiran&Trinil
Museum Trinil
2021 - Pelajar / Mahasiswa
Pariwisata Museum Purbakala Sangiran maupun pariwisata Museum Trinil merupakan pariwisata budaya yang pada tujuh tahun terakhir mengalami penurunan jumlah wisatawan. Penurunan jumlah wisatawan berdampak pada ekonomi yaitu penurunan pendapatan, penurunan omset UMKM sebesar 20%, dan jumlah perajin souvenir tinggal 5 perajin. Penelitian ini bertujuan memodifikasi indikator penilaian pariwisata budaya, penilaian keberlanjutan, membandingkan keberlanjutan kedua pariwisata, dan menyusun rekomendasi. Metode yang digunakan yaitu metode Delphi dan Indeks Komposit. Hasil penelitian yaitu terdapat 4 indikator baru yang dapat digunakan untuk penilaian pariwisata budaya. Nilai indeks keberlanjutan pada pariwisata Museum Purbakala Sangiran pariwisata Museum Trinil sebesar 0,57 dan 0,56 (status cukup berkelanjutan). Pariwisata Museum Trinil memiliki nilai lebih tinggi pada dimensi lingkungan, Pariwisata Museum Purbakala Sangiran memiliki nilai lebih tinggi pada dimensi ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan. Rekomendasi bagi kedua pariwisata yaitu menyediakan tempat sampah tertutup dan berbeda jenis, menyediakan wahana edukatif, pelatihan bagi UMKM sekitar, pemanfaatan sektor perikanan dan batik sebagai produk lokal, layanan tiket elektronik, pariwisata digital, dan menyediakan kotak saran.
Peningkatan Informasi Koleksi Fosil Panthera tigris melalui Pendekatan Significance 2.0
Museum Manusia Purba Sangiran (Klaster Krikilan)
2020 - Pengelola Museum
Kajian Koleksi Fosil Harimau Purba (Panthera tigris) yang dilakukan pada koleksi fosil tengkorak harimau purba. Fosil Harimau Purba termasuk yang jarang ditemukan di Situs Sangiran. Di dalam ruang pamer Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan, terdapat koleksi fosil tengkorak harimau purba, namun penjelasan atau informasi mengenai koleksi tersebut masih kurang. Kurangnya informasi tersebut menjadi dasar dilakukannya kajian ini. Kajian koleksi kali ini menggunakan metode Significance 2.0. Melalui kajian ini kemudian didapatkan data-data dan informasi tambahan terkait fosil tengkorak harimau purba.
Laporan Kajian Pendataan dan Konservasi Fosil di Museum Trinil
Museum Trinil
2016 - Instansi
Kegiatan Pendataan dan Konservasi Fosil Di Museum Trinil telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan anggaran yang dialokasikan. Kegiatan ini dilaksanakan selama 7 hari pada tanggal 25 April 2016 - 01 Mei 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan identifikasi fosil, pendataan dan inventarisasi fosil serta perawatan/perbaikan (konservasi) terhadap fosil serta artefak dalam upaya untuk menjaga supaya fosil dan artefak ini tetap lestari sehingga dapat tetap di manfaatkan oleh generasi mendatang baik secara informatif dan edukatif. Kegiatan ini menghasilkan 300 buah fosil yang berhasil dikonservasi serta dilakukan pendataan. Fosil tersebut di simpan di Museum Trinil Kabupaten Ngawi.