kajian
Strategi Pemasaran Objek Wisata Museum Trinil di Desa Kawu Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi (Skripsi)

Museum Trinil
2022 - Pelajar / Mahasiswa

Yohana Kusumawati (181231060). “Strategi Pemasaran Objek Wisata Museum Trinil di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”. Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, 2022. Pemasaran adalah proses pengenalan atau penyampaian informasi mengenai produk yang ditawarkan. Museum merupakan suatu produk yang harus dipasarkan guna menarik pengunjung yang datang.dalam memasarakan mueum diperlukan ide sekreatif mungkin agar masyarakat tertarik untuk datang berkunjung. Dengan Pemasaran yang baik diharapkan menjadikan museum trinil menjadi objek wisata yang lebih dikenal oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran dan faktor pendukung serta penghambat dari strategi pemasaran pada objek wisata museum trinil. Jenis penelitian ini termasuk pada penelitian Kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Untuk pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukan bauran pemasran (marketing mix) pada objek wisata museum trinil. product (produk) produk yang ditawarkan museum trinil adalah wisata edukasi mengenai sejarah manusia purba melalui fosil-fosil yang dipemerkan. Kedua, price (harga) harga yang ditetapkan pengelola masuk dalam kategori terjangkau. Tiket masuk dapat didapatkan dengan membayar Rp 3.000 untuk dewasa, Rp 1.000 untu anak-anak, dan Rp 5.000 untuk wisatawan asing. Ketiga, place (tempat) lokasi objek wisata dikatakan tidak strategis karena jauh dari jalan raya dan tidak ada transportasi umum yang menjakau langsung ke lokasi museum trinil. Keempat, promotion (promosi) upaya promosi yang dilakukan pengelola antara lain menyebarkan brosur mewarnai, melukis, dan lomba vlog, membuat program belajar bersama di museum untuk pelajar dan tenaga pendidik, serta melakukan publikasi di media cetak maupun digital

kajian
Kajian Potensi Cagar Budaya Situs Trinil

Museum Trinil
2017 - Instansi

Sebaran temuan Situs Trinil saat ini sudah lebih jelas distribusinya setelah hasil kajian pada tahun 2017. Secara lateral, di dalam meander sungai Bengawan Solo bagian dari Situs Trinil wilayah yang mengandung temuan ataupun singkapan geologi tersebar di beberapa titik yang termasuk di dalam Desa Gemarang, Kecamatan Kedunggalar. Sementara itu, di sisi selatan dari situs wilayah tersebut terdapat di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, di sisi barat terdapat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Kedunggalar, di sisi utara terdapat di Desa Papungan, Kecamatan Pitu dan di sisi timur terdapat di Desa Ngancar, Kecamatan Pitu. Selain itu, hasil test pit secara vertikal di beberapa titik antara lain di Desa Kawu dan Desa Gemarang telah menegaskan distribusi area potensial di Situs Trinil. Fauna yang ditemukan selama proses kajian di Situs Trinil menunjukkan karakter fauna yang berumur 1 juta tahun yang lalu. Lebih khusus, sisa fauna hasil ekskavasi TR3/TRL/2017 sebagian besar ditemukan pada lapisan konglomeratan yang merupakan bagian dari Formasi Kabuh. Satu diantara tulang yang temukan menunjukkan jejak aktivitas manusia, tulang tersebut teridentifikasi sebagai fragmen proximal metacarpal dextra Cervidae. Perlu digarisbawahi bahwa temuan cut marks pada tulang hasil kajian pada tahun 2017 ini merupakan temuan pertama yang ditemukan di Situs Trinil.

kajian
Kajian Potensi Cagar Budaya Situs Trinil Lanjutan

Museum Trinil
2018 - Instansi

Kajian potensi Cagar Budaya Situs Trinil tahun 2018 merupakan kelanjutan kajian dari tahun 2015, 2016 dan tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan potensi temuan secara lateral maupun vertikal serta sebaran singkapan geologi guna mengetahui sebaran wilayah potensial di Situs Trinil. Tujuan lainnya ialah mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan situs. Metode penelitian menggunakan penalaran induktif dengan tipe penelitian eksploratif. Secara lateral, di dalam meander sungai Bengawan Solo bagian dari Situs Trinil wilayah yang mengandung temuan ataupun singkapan geologi tersebar di beberapa titik yang termasuk di dalam Desa Gemarang, Kecamatan Kedunggalar. Sementara itu, di sisi selatan dari situs wilayah tersebut terdapat di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, di sisi barat terdapat di Desa Karanggeneng dan Desa Bangunrejo Lor, Kecamatan Pitu, dan Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar, di sisi utara terdapat di Desa Papungan, Kecamatan Pitu dan di sisi timur terdapat di Desa Ngancar, Kecamatan Pitu. Hasil test pit secara vertikal di beberapa titik antara lain di Desa Kawu dan Desa Gemarang telah menegaskan distribusi area potensial di Situs Trinil. Fauna yang ditemukan hingga 2018 tidak menunjukkan perbedaan yang signifkan dengan kelompok fauna dari biostratigrafi Fauna Trinil. Namun, diantara temuan tulang yang ditemukan pada tahun 2017 terdapat cut mark pada fragmen proximal metacarpal dextra Cervidae. Lebih dari itu, pada tahun 2018 ini kajian di Situs Trinil telah dihasilkan beberapa artefak batu berupa serpih. Selain itu, guna mendukung pelestarian dan pemanfaatan situs diperlukan pelibatan masyarakat yang lebih optimal. Berdasarkan hasil yang telah didapat, dalam rangka bentuk upaya pelindungan situs kedepan dapat dilakukan delineasi.

kajian
TEST

Museum Trinil
2020 - Pengelola Museum

tessssssssssstt

kajian
Perumusan Rekomendasi Pengembangan Pariwisata Budaya Berkelanjutan-Studi kasus di Sangiran&Trinil

Museum Trinil
2021 - Pelajar / Mahasiswa

Pariwisata Museum Purbakala Sangiran maupun pariwisata Museum Trinil merupakan pariwisata budaya yang pada tujuh tahun terakhir mengalami penurunan jumlah wisatawan. Penurunan jumlah wisatawan berdampak pada ekonomi yaitu penurunan pendapatan, penurunan omset UMKM sebesar 20%, dan jumlah perajin souvenir tinggal 5 perajin. Penelitian ini bertujuan memodifikasi indikator penilaian pariwisata budaya, penilaian keberlanjutan, membandingkan keberlanjutan kedua pariwisata, dan menyusun rekomendasi. Metode yang digunakan yaitu metode Delphi dan Indeks Komposit. Hasil penelitian yaitu terdapat 4 indikator baru yang dapat digunakan untuk penilaian pariwisata budaya. Nilai indeks keberlanjutan pada pariwisata Museum Purbakala Sangiran pariwisata Museum Trinil sebesar 0,57 dan 0,56 (status cukup berkelanjutan). Pariwisata Museum Trinil memiliki nilai lebih tinggi pada dimensi lingkungan, Pariwisata Museum Purbakala Sangiran memiliki nilai lebih tinggi pada dimensi ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan. Rekomendasi bagi kedua pariwisata yaitu menyediakan tempat sampah tertutup dan berbeda jenis, menyediakan wahana edukatif, pelatihan bagi UMKM sekitar, pemanfaatan sektor perikanan dan batik sebagai produk lokal, layanan tiket elektronik, pariwisata digital, dan menyediakan kotak saran.

kajian
Peningkatan Informasi Koleksi Fosil Panthera tigris melalui Pendekatan Significance 2.0

Museum Manusia Purba Sangiran (Klaster Krikilan)
2020 - Pengelola Museum

Kajian Koleksi Fosil Harimau Purba (Panthera tigris) yang dilakukan pada koleksi fosil tengkorak harimau purba. Fosil Harimau Purba termasuk yang jarang ditemukan di Situs Sangiran. Di dalam ruang pamer Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan, terdapat koleksi fosil tengkorak harimau purba, namun penjelasan atau informasi mengenai koleksi tersebut masih kurang. Kurangnya informasi tersebut menjadi dasar dilakukannya kajian ini. Kajian koleksi kali ini menggunakan metode Significance 2.0. Melalui kajian ini kemudian didapatkan data-data dan informasi tambahan terkait fosil tengkorak harimau purba.

Testimoni