museum

UPT Museum Kota Makassar

Jl. Balai Kota No. 11 A

Museum Kota Makassar merupakan museum yang mulai dibuka untuk umum pada 7 Juni 2000. Museum ini menyajikan informasi mengenai identitas Kota Makassar, sejarah, dan budaya penduduknya. Pendirian museum didasari oleh ide H.B. Amiruddin Maula saat menjadi Walikota Makassar dengan menempati Gedung balaikota lama yang berada di jantung kota. Gedung museum juga dilengkapi dengan auditorium atau ruang sidang dan ruang audio visual.

museum

Kehadiran museum di sulawesi selatan ditandai dng didirikan Celebes Museum oleh pemerintah Nederlands Indie (Hindia Belanda Tahun 1938 di kota Makassar sebagai ibukota Gouvernement Celebes Onderhorigheden, Pemerintah Sulawesi dan daerah taklukkannya. Pada tahun 1966 budayawan berinsiatif untuk merintis kembali museum. Pada tgl 1 mei 1970 secara resmi dinyatakan berdiri "Museum La Galigo" sebagai Museum Daerah berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tk.I Propinsi Sulawesi Selatan No.I182/V/1970. Tanggal 24 februari 1974 Direktur Jendral Kebudayaan dan Departemen Pendidikan dan kebudayaan R.I :Prof I.B Mantra meresmikan Gedung pameran tetap museum . Tanggal 28 mei 1979 berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.093/0/1979 "Museum La Galigo" resmi memjadi Museum Propinsi Sulawesi Selatan dan Merupakan Unit Pelaksana Tekhis dibidang Kebudayaan khususnya bidang permuseuman. Pada era otonomi daerah "Museum La Galigo" berdasarkan SK Gubernur Sulawesi Selatan nomor.166 tahun 2001 tanggal 28 juni 2001 berubah nama menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknus Dinas) pada Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Propinsi Sulawesi Selatan. Tanggal 18 februari 2009 organisasi dan tata laksana kerja Unit Pelaksana Tehnis Daerah (UPTD) Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Propinsi Sulawesi Selatan diatur berdasarkan peraturan Gubernur Sulawesi Selatan di atur berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No.40 tahun 2009.

museum

UPT Museum La Pawawoi

Jl. MH Thamrin No. 9, ManurungngE, Kecamatan Tanete Riattang

Museum La Pawawoi yang kita saksikan sekarang ini telah melewati perjalanan panjang sebelum ditetapkan sebagai museum. Bangunan Museum La Pawawoi dibanguan pada tahu 1929 dan selesai pada tahun 1931. Bangunan tersebut awalnya diperuntukkan sebagai istana / saoraja dari Andi Mappanyukki yang dilantik sebagai Raja Bone ke-32 pada tahun 1931. Lama berselang setelah kemerdekaan Indonesia, semua aset bangunan Belanda diambil alih oleh pemerintah. Setelah kemerdekaan, bangunan tersebut juga pernah difungsikan sebagai Kantor POM dan Gedung Pengadilan. Atas prakarsa Kepala Daerah Tingkat II Bone H. Suaib dan Kepala Kebudayaan Andi Muh. Ali Petta Nompo, maka pada tanggal 5 Januari 1971 dibentuklah Museum La Pawawoi berdasarkan keputusan Kepala Daerah Tingkat II Bone Nomor : 1/DN.K/KPTS/1/1971. Tak berselang lama, gedung Museum La Pawawoi dipugar pada proyek pemugaran dan pemeliharaan peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi Selatan. Proyek tersebut membutuhkan dua tahun anggaran untuk penyelesaian yaitu tahun 1979/1980 sampai dengan 1980/1981. Setelah pemugaran selesai, Museum La Pawawoi diresmikan kembali oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Prof. Dr. Daud Yusuf pada tanggal 14 April 1982. Pengelolaan Museum La Pawawoi kemudian berpindah ke Dinas Kebudayaan Kabuapten Bone pada tahun 2019 dari pengelola sebelumnya Keluarga Andi Mappasissi Petta Awampone. Setelah dikelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone, Museum La Pawawoi terus berbenah, sejak tahun 2019 Museum La Pawawoi gencar melaksanakan kegiatan bertemakan publikasi dan edukasi. Hingga pada tahun 2022 disusunlah alur cerita (storyline) yang menggambarkan perkembangan kebudayaan di Kabupaten Bone. Storyline yang baru diharapkan mampu membawa pengunjung menyusuri “lorong waktu” yang membagi sejarah budaya Kabupaten Bone dalam beberapa fase yaitu, “Masa Prasejarah”, “Masa Kerajaan Pra Islam”, “Masa Kerajaan Islam”, “Masa Kolonial”, dan “Masa Pasca Kemerdekaan”.

Testimoni