Museum ini berdiri atas usulan tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, para budayaan kepada Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang bertujuan untuk melindungi peninggalan Budaya, dan sejarah Kabupaten Musi Banyuasin, Sehingga dibangunlah gedung museum penghulu Muhammad Solah pada tahun 2021

Museum didirikan sebgai bentuk inovasi baru dari AYAN untuk merayakam ekspresi seni yang mewakili interaksi sejarah, seni, budaya, mistik, dan agama di Bali

Seorang Susilawati Susmono mengambil bagian dari kesempatan yang sama diberikan Allah kepada RuhNya secara dinamis mengisi relung-relung kehidupan merupakan wujud syukur dan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan Sang Pemilik Kehidupan. Ini bentuk edukasi murni yang bangkit dipersembahkan untuk Negeri. Museum Serat Holistik Kehidupan Susilawati Susmono diresmikan pada tanggal 24 Oktober 2020 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang diwakili oleh Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Museum Lapangan Manyarejo merupakan museum tipe khusus yang dibangun sebagai bentuk penghargaan kepada warga lokal yang berkontribusi dalam aktivitas penelitian bersama ilmuwan atau peneliti yang mengeksplor potensi Situs Sangiran. Museum Lapangan Manyarejo berada di Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Desa Manyarejo menjadi lokasi penting di Situs Sangiran karena potensi desa ini akan temuan sisa-sisa peninggalan masa lampau berupa fosil dan artefak masih dapat ditemukan sampai sekarang. Hal inilah yang menjadikan Manyarejo sebagai salah satu lokasi penting penelitian fosil dan artefak oleh para peneliti, yang bekerjasama dengan warga setempat sejak dahulu.

Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung didirikan sebagai bentuk apresiasi kepada von Koeningswold dan para peneliti awal yang telah menemukan situs Sangiran dan membawa situs Sangiran diakui dunia. Tema utama Museum Ngebung adalah historical research atau sejarah penemuan dan penelitian awal di Sangiran sampai Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia.

Berdasarkan Surat Pernyataan Ahli Waris yang ditandatangani dan dibubuhi materai tertanggal 09 Januari 2021 yang menyatakan bahwa bangunan Bala Datu Ranga, tanah pekarangannya, serta benda-benda pusaka yang dimiliki keluarga secara turun-temurun dipelihara dan dikelola oleh Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan pelestarian budaya. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan (SK) Ketua Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu tertanggal 20 Maret 2022 yang menetapkan Bala Datu Ranga sebagai Museum, salah satu program dari Yayasan dengan tujuan untuk pelestarian budaya, penguatan sejarah lokal, dan pemajuan kebudayaan di Sumbawa.