museum

Museum RA. Kartini Rembang

Jl. Jend. Gatot Subroto No. 08 Rembang

Museum R.A. Kartini Rembang merupakan museum khusus yang didirikan pada 21 April 1967. Museum RA Kartini Rembang terletak di Jl. Gatot Subroto No.8, Rembang. Bangunan yang didominasi warna hijau putih ini menyimpan koleksi barang pribadi milik R.A. Kartini, seperti tempat tidur, bathub pribadi, tempat jamu, meja makan, mesin jahit, lesung, cermin rias dan juga meja untuk merawat bayi. Di sana juga terdapat ruang yang berisi berbagai karya dari pahlawan nasional itu, diantaranya adalah buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”, tulisan tangan surat-surat R.A. Kartini yang dikirimkan ke teman-temannya di luar negeri dan lukisan karyanya serta foto-foto dirinya beserta keluarga semasa ia hidup. Koleksi unggulan museum ini adalah tulisan Kartini “Kongso Adu Jago”.

museum

Museum Blambangan

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.78, Taman Baru, Banyuwangi, Jawa Timur

Museum Blambangan merupakan museum umum yang didirikan pada 25 Desember 1977 dan diresmikan oleh Gubernur Tingkat I Jawa Timur yaitu Soenandar Priyoseodarmo. Pengembangan museum ini mempunyai tujuan untuk melestarikan warisan budaya bangsa khususnya jenis peninggalan bersejarah yang menjadi milik masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Museum ini diberi nama Blambangan karena konon dulu di wilayah ini merupakan wilayah bekas Kerajaan Blambangan yang cukup dikenal, pada waktu kejayaan Kerajaan Majapahit. Pada awalnya Museum Blambangan menempati bangunan peninggalan Belanda yang sempat berfungsi sebagai Kantor Pembantu Bupati atau Kawedanan. Bangunan kuno tersebut mulai difungsikan sebagai museum sejak 2003. Setelah otonomi daerah, pengelolaan museum dialihkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan pada 2 Januari 2004, lokasi museum dipindahkan ke Lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Saat ini museum dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Blambangan. Jenis koleksi yang ada di museum ini terdiri dari etnografika, arkeologika, histotrika, numistika, fiologika, keramologika dan seni rupa

museum

Museum Penataran

Jl. Raya Penataran No.11, RW.06, Penataran, Nglegok, Blitar, Jawa Timur

Museum Penataran pada awalnya bernama Museum Blitar yang didirikan oleh Bupati Blitar, Warsokusumo. Pada 1866 museum ini berada di Kompleks Pendopo Kabupaten Blitar, kemudian dipindahkan ke area Percandian Penataran pada tahun 1999, dan berganti nama menjadi Museum Penataran. Museum Penataran hadir sebagai sarana untuk melindungi benda purbakala yang ada di sekitar Kabupaten Blitar, selain difungsikan untuk melindungi peninggalan masa lalu, museum ini juga dimanfaatkan untuk rekreasi, pendidikan, dan juga penelitian. Museum memiliki banyak koleksi berupa benda purbakala seperti arca, prasasti, dan alat pendukung kehidupan pada masa lalu. Koleksi unggulan dari museum ini terdiri dari arca Brahma, arca Wisnu, arca Siwa; arca Durga Mahisasuramardini; arca Siva Gajahsura, arca perwujudan, Siwa Trisirah. Museum penataran berada di bawah kepemilikan Dinas Kebudayaan Kota Blitar dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Penataran Blitar.

museum

Museum Daerah Kabupaten Gresik “Sunan Giri”

Komplek Kubur Sunan Giri, Jl. Sunan Giri IIa, Desa Giri, Kec. Kebomas, Kab. Gresik, Jawa Timur

Museum Daerah Kabupaten Gresik “Sunan Giri” merupakan museum khusus yang diresmikan pada 9 Maret 2002, tetapi baru difungsikan pada 17 Maret 2003 bersamaan dengan Hari Jadi Kota Gresik oleh Bupati Gresik, Drs. K.H. Robbach Ma’sum, MM. Kepemilikan museum dipegang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik dan pengelolaan berada di bawah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Daerah Kabupaten Gresik “Sunan Giri”. Lokasi museum berada di sudut pelataran parkir kawasan wisata religi Maulana Malik Ibrahim. Museum ini diharapkan dapat menjadi pusat informasi mengenai kesejarahan Kabupaten Gresik karena banyak tinggalan arkeologis di Kabupaten Gresik dan belum ada tempat yang dapat menampungnya. Jenis koleksi yang ditampilkan terdiri dari fragmen sajadah, kaligrafi, naskah kuno, surban Sunan Giri, bedug, rebana, keris, tombak, dan lainnya. Salah satu koleksi andalan Museum Sunan Giri adalah bedug peninggalan Maulana Malik Ibrahim yang berasal dari masa akhir abad ke-14. Bedug ini terbuat dari sepotong kayu besar dan kulit lembu. Bedug ini diperoleh dari Masjid Pesucian Desa Leran Kecamatan Manyar.

museum

Museum Anjuk Ladang

Jalan Gatot Subroto Ringin Anom, Ringin Anom, Kauman, Kec. Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur

Museum Anjuk Ladang merupakan museum umum yang dibangun tahun 1993-1996 atas prakarsa Bupati Nganjuk pada saat itu, yaitu Drs. R. Sutrisno, yang menghendaki seluruh benda cagar budaya yang ada pada saat itu termasuk juga temuan nantinya bisa ditampung di Museum. Koleksi museum tersebut diharapkan bisa bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan, sejarah, pendidikan, dan agama. Museum Anjuk Ladang resmi difungsikan sebagai museum pada 10 April 1996 bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Nganjuk ke-1059. Museum ini awalnya digunakan sebagai sebagai kantor Dinas Pariwisata dan Purbakala Kabupaten Nganjuk dan koleksi museum merupakan koleksi yang berada di Balai Arca. Balai Arca berada di Kelurahan Mangundikaran, tepatnya di sebelah utara Alun-alun Kabupaten Nganjuk. Balai Arca ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan arca, lingga, yoni dan berbagai penemuan lain. Hal itu menyebabkan sebagian besar koleksi yang dimiliki Museum Anjuk Ladang ini tertulis berasal dari Kelurahan Mangundikaran. Nama Museum Anjuk Ladang diambil diambil dari penamaan desa dalam prasasti Anjuk Ladang yang juga menjadi asal mula nama Nganjuk.

museum

Museum Trinil

Dusun Pilang, Desa Kawu, Kec. Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

Situs Trinil merupakan salah satu situs manusia purba terpenting di Pulau Jawa, bahkan situs ini menjadi situs primadona karena temuannya yang menghebohkan dunia, yaitu tentang bukti adanya evolusi manusia purba yang banyak dibicarakan oleh para paleontolog, geolog dan arkeolog. Trinil terletak di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dan meliputi tiga desa yaitu Desa Kawu, Desa Gemarang, dan Desa Ngancar. Situs Trinil menjadi salah satu situs manusia purba yang penting di pulau Jawa sejak ditemukannya fosil manusia purba oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 dan 1892. Pada tanggal 29 Oktober 1877, Dubois bertolak ke Sumatera dengan menumpang kapal The SS Prince Amalia. Selama dua tahun ia melakukan eksplorasi di gua – gua di Sumatera, namun tulang – tulang yang ia temukan tidak sesuai dengan keinginannya. Pencariannya kemudian berpindah ke Jawa setelah mendengar temuan Manusia Wajak di Tulungagung oleh BD van Rietschoten pada tanggal 24 Oktober 1899. Di Pulau Jawa, Eugene Dubois tertarik pada endapan Sungai Bengawan Solo yang dianggapnya memiliki kronologi kehidupan selama jutaan tahun. Pada tahun 1891, di daerah Trinil, Ngawi, Jawa Timur, ditemukan atap tengkorak dan gigi manusia yang menyerupai kera. Pada tahun 1892 ditemukan tulang paha dari individu yang sama. Eugene Dubois kemudian menyebut temuan ini sebagai Pithecanthropus erectus atau manusia kera yang berjalan tegak. Selama aktivitas ekskavasi yang dilakukan Eugene Dubois di Trinil, ada seorang pribumi bernama Wirodiharjo yang mengikuti kegiatan ekskavasi tersebut. Wirodiharjo sejak tahun 1967 memiliki gagasan untuk mengumpulkan atau melestarikan fosil yang ia jumpai di tepian Sungai Bengawan Solo. Fosil tersebut kemudian disimpan di rumahnya hingga mencapai 1/3 dari rumahnya. Dari hobinya ini Wirodiharjo kemudian mulai dikenal dengan nama Wirobalung atas aktivitasnya mengumpulkan balung buto atau fosil manusia purba. Pada tahun 1980/1981, Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi mendirikan sebuah museum mini untuk menampung koleksi fosil Wirodiharjo. Kemudian, untuk mengingat hasil penemuan fosil Pithecanthropus erectus oleh Eugene Dubois, maka dibuatlah tugu sebagai monumen serta membangun Museum Trinil yang diresmikan dengan peringatan 100 tahun penemuan Pithecanthropus erectus oleh Gubernur Jawa Timur Soelarso pada tanggal 20 November 1991. Museum Trinil dibangun di Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur atau sekitar kurang lebih 15 km dari Kota Ngawi menuju arah Solo. Museum ini menempati bekas rumah dan pekarangan Wirodiharjo yang telah diganti dan persis pada tepian Sungai Bengawan Solo. Saat ini museum Trinil dikelola Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur.

Testimoni