museum

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang

Jl. Sultan Mahmud Badaruddin II No.2

Nama Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang diabadikan menjadi nama museum untuk mengingat dan menghargai jasanya bagi kota Palembang.

museum

UPTD Museum Negeri Bengkulu

Jl. Pembangunan No. 8

Museum Negeri Bengkulu merupakan museum umum yang pendiriannya mulai dirintis sejak tahun 1978. Peresmian museum baru dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 1980 sebagai museum yang berlokasi di belakang Benteng Marlborough. Lokasi ini kemudian dipindahkan ke Jalan Pembangunan Nomor 8 pada tanggal 3 Januari 1983. Status museum ini kemudian ditingkatkan menjadi museum negeri dengan klasifikasi museum umum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0754/0/1987. Peresmiannya dilakukan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Drs. G.B.P.H. Poeger pada tanggal 31 Maret 1988

museum

UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung

Jl. H. Zainal Arifin Pagar Alam No. 64

Museum Negeri Provinsi Lampung merupakan museum umum yang mulai dirintis pembangunannya sejak tahun anggaran 1975/1976. Peresmian dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 September 1988. Peresmian dilaksanakan oleh Prof. Dr. Fuad Hasan dengan nama ruwa jurai. Ruwa artinya dua dan jurai artinya keturunan, jadi ruwa jurai berarti dua keturunan atau masyarakat Lampung terdiri dua keturunan yaitu Saibatin dan Pepadun

museum

Museum Glagah Wangi

JL. Sultan Fattah No.53

Museum Glagah Wangi merupakan museum umum yang dikukuhkan dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Bupati Demak Nomor 556/83/2007. Museum menempati gedung bekas Dinas Pendapatan Daerah yang pada awalnya diperuntukkan untuk penempatan benda Cagar Budaya dari Masjid Agung Demak. Namun, terdapat pendapat bahwa benda yang berasal dari Masjid Agung Demak tidak diperbolehkan untuk disimpan di luar masjid. Akhirnya, gedung bekas Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten. Demak tersebut berubah fungsi untuk menyimpan hasil koleksi Cagar Budaya yang berasal dari masyarakat. Nama Glagah Wangi berasal dari pemukiman yang didirikan di daerah barat, dan terdapat pepohonan yang mengeluarkan aroma wangi, sehingga disebut Glagah Wangi. Jenis koleksi yang ditampilkan di museum terdiri dari historika dan arkeologika. Beberapa koleksi unggulan museum ini adalah filter air batu, piring Aryo Penangsang, dan wayang Bethara Guru. Museum ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan dan kebudayaan kabupaten Demak. Hadirnya Museum Glagah Wangi diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sejarah dan perkembangan Demak kepada masyarakat.

museum

Museum Daerah Kabupaten Lumajang

Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT)

Museum Daerah Kabupaten Lumajang merupakan museum umum yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk membangun identitas diri dan bukti perkembangan peradaban masyarakat. Museum ini diresmikan oleh Bupati Lumajang, Drs. H. As’at Malik. M.Ag pada 24 Agustus 2015. Peresmian ini disertai dengan pameran bersama lima anggota Asosiasi Museum Daerah di Jawa Timur. Museum ini hadir sebagai sarana untuk melestarikan cagar budaya Kabupaten Lumajang, sarana edukasi dan wisata budaya, dan sebagai pusat informasi ilmu pengetahuan sejarah dan budaya di Kabupaten Lumajang. Museum memiliki dua ruangan koleksi, yaitu ruang kepurbakalaan serta ruang seni dan budaya. Ruang kepurbakalaan memiliki koleksi tentang benda-benda bersejarah pada masa Kerajaan Lumajang hingga masa kolonial. Ruang seni dan budaya memamerkan koleksi alat musik tradisional yang berkembang di Lumajang, seni tari, kesenian jaran kencak, pakaian pengantin, pakaian adat, wayang krucil, dan batik cantingan Lumajangan. Saat ini museum berada di bawah kepemilikan Dinas Kebudayaan dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Daerah Kabupaten Lumajang.

museum

Museum Kambang Putih

Jl. Kartini No. 3

Museum berjenis umum ini awalnya berada di dalam Kompleks Pendopo Krido Manunggal yang diresmikan pada 25 Agustus 1984 oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Bapak Wahono. Selanjutnya lokasi museum berpindah ke tempat yang lebih strategis yaitu di sisi barat alun-alun dan berdekatan dengan wisata ziarah Sunan Bonang. Lokasi museum yang baru kemudian diresmikan pada 15 Januari 1996 oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Bapak Basofi Sudirman. Gedung museum dahulunya digunakan sebagai kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Pada masa Kolonial, gedung tersebut dikenal dengan nama “kamar bola” atau ball room yang diperuntukkan sebagai tempat hiburan kaum Indisch. Jenis koleksi yang dipamerkan di museum ini adalah patung, nekara, arca, tombak, jangkar, kain, kalpataru, dll. Sedangkan koleksi unggulannya adalah patung keramik setinggi 9,5 cm dengan berat 80 gr berglasir kebiruan (qingbai) dari abad ke-14 berasal dari Jingdezhen Provinsi Jiangxi. Saat ini kepemilikan museum berada di bawah tanggung jawab Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tuban dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum dan Purbakala.

Testimoni