Data Kajian
Kajian Koleksi Museum Kretek Kudus
Museum Kretek
2022 - Kolaborasi
KESIMPULAN • Artefak adalah benda yang dimodifikasi atau dibuat oleh manusia dan dapat dipindahkan. • Arkeologi industri merupakan sebuah kajian dalam ilmu arkeologi yang berusaha memahami aktivitas industri di masa lampau melalui tinggalan materialnya. • Nilai penting yang melekat pada koleksi museum menjadi penghubung antara masa lampau dan masa kini yang selanjutnya dikomunikasikan secara luas kepada masyarakat sekaligus dilestarikan. • Sebagian besar benda koleksi dalam kondisi baik dan terawat sehingga secra fisik terdokumentasi secara apik. • Peralatan tradisional yang hingga kini masih dipergunakan dalam aktivitas memproduksi rokok kretek, baik jenis klobot dan kretek, yaitu cacak (alat perajang tembakau), alat besuk klobot, dan alat giling kretek. • Botol yang masih terdapat label, dapat diidentifikasi berdasar keterangan yang tertulis: merk perusahaan, kode produksi, berat, aroma/rasa sebagai sauce rokok. Warna botol merah menunjukkan bahwa isi di dalamnya bukan untuk dikonsumsi (konsensus). • Sauce /aroma rokok yang digunakan berdasar hasil wawancara ada yang pesanan khusus dari luar, ada yang buatan dalam negeri. Saus tembakau merupakan bahan essence seperti perasa makanan yang menciptakan aroma tertentu saat tembakau dibakar dan cita rasa tertentu saat dihisap. Saus tembakau digunakan oleh pabrik rokok untuk menentukan branding rasa dari rokok itu sendiri. Saus tembakau juga digunakan untuk menyetarakan rasa terhadap kualitas tembakau yang berbeda. Saus tembakau merupakan bahan kimia sebagai manipulator aroma dan rasa. • Wilayah yang masih mempertahankan alat-alat tradisional kretek di Jawa Tengah sebagian besar ada di Temanggung, Kebumen, dan Kudus. Adapun di Jawa Timur diantaranya di Malang, Jember, Probolinggo. • Transformasi bentuk alat-alat tradisional berubah, pada era revolusi industri setelah tahun 1960-an, ketika permintaan pasar semakin meningkat sehingga menuntut produksi yang harus dihasilkan bertambah banyak jumlahnya.
Gasing Lombok
Museum Negeri Nusa Tenggara Barat
2019 - Pengelola Museum
Gasing merupakan permainan rakyat yang masih lestari di kalangan masyarakat Suku Sasak. Permainan ini sekarang berkembang dalam dua kategori umum yakni gasing kayu dan gasing besi. Dilihat dari sebaran permainannya gasing kayu dapat ditemukan di seluruh Pulau Lombok dan dimainkan oleh segala usia, sedangkan gasing besi dapat ditemukan pada komunitas-komunitas tertentu yang telah mulai mengembangkannya sejak akhir 1980-an. Dalam Pokok-Pokok Kebudayaan Daerah NTB tahun 2018, gasing dimasukkan sebagai salah satu objek kebudayaan daerah yang harus dimajukan. Selain Kota Mataram, tercatat Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Tengah, serta Lombok Timur mengusulkan gasing. Hal ini menjadi indikasi bahwa gasing dianggap sebagai salah satu bagian penting dari kebudayaan Suku Sasak. Perkembangannya terekam jelas baik dari segi bentuk maupun bahan pembuatan. Penggunaannya, meskipun dilaksanakan secara sporadis tetapi cukup menggambarkan bahwa gasing cocok untuk dimainkan oleh semua kalangan dari berbagai segmen usia. Merujuk pada buku Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat yang disusun oleh Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Depdikbud RI Tahun 1988, diketahui bahwa gasing Lombok telah mengalami banyak sekali perubahan (1988:vi). Bila dibandingkan dengan peresean, suling telu, dan topeng (tapel), gasing merupakan objek kebudayaan yang dianggap berkembang paling pesat. Hal ini terlihat dari aspek bahan pembuatan, bentuk gasing, hingga aturan permainan. Dalam konteks pelestarian benda cagar budaya, gasing memerlukan perhatian khusus. Ini terkait dengan concern Pemerintah Daerah sebagaimana tertuang dalam PPKD Provinsi NTB, juga terkait dengan dinamikanya di masyarakat. Gasing Sasak, sebagaimana telah dikategorikan menjadi gasing kayu dan besi, melahirkan problem logis yang pada satu sisi menunjukkan usaha sungguh-sungguh masyarakat pecinta gasing, namun di sisi lain seolah meninggalkan segmen anak-anak dan remaja dalam upaya pelestariannya. Hal ini dikemukakan berdasarkan kenyataan bahwa upaya pelestarian dalam bentuk turnamen gasing lebih menyasar pada segmen usia dewasa. Pada gasing kayu, turnamen yang dihelat baru-baru ini di Dusun Terbis Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan hanya melibatkan para pemain dewasa, meskipun gasing kayu dari segi ukuran dan harga pada dasarnya bisa dibuatkan turnamen juga untuk anak-anak dan remaja. Untuk gasing besi, popularitasnya yang terjaga berkat tampilan dan harganya yang mahal membuat gasing ini hanya bisa dimiliki dan dimainkan oleh kalangan tertentu saja. Kalangan yang dimaksud disini ialah orang dewasa yang memiliki cukup uang untuk membeli sepasang gasing yang perbuahnya dibanderol dengan harga minimal 500 ribu rupiah. Ditambah lagi dengan bobotnya yang dapat mencapai 5 kg, gasing besi menjadi ekslusif bagi sebagian besar peminat gasing. Yang dapat memainkannya dengan baik, entah itu diameter 17 cm maupun 23 cm tentu saja adalah pria dewasa. Anak-anak dan remaja pada kasus ini berpotensi sebagai penonton saja. Atas dasar inilah, perlu ada kajian yang dapat menjelaskan secara ilmiah potensi serta upaya pelestarian yang optimal terhadap gasing baik gasing kayu maupun gasing besi. Kebahagiaan akan tetap semaraknya permainan gasing tertutupi oleh kegelisahan bahwa tidak ada generasi penerus yang terlibat langsung dalam permainan di lapangan. Pernyataan ini tidak bermaksud mengecilkan kebiasaan bermain gasing pada anak-anak, namun menyaksikan bahwa segmen usia ini tidak dilibatkan dalam kompetisi yang seharusnya mampu menjadi pendorong lebih besar lagi minat pada pelestarian gasing menimbulkan semacam keprihatinan. Kajian ini fokus pada perkembangan gasing Lombok, yang jika dicermati kondisi terkini, terbagi pada gasing besi dan gasing kayu. Penelitian gasing besi dilaksanakan di Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Tengah, sedangkan penelitian gasing kayu dilaksanakan di Kabupaten Lombok Utara. Dengan demikian, dalam penelitian ini, jika membicarakan gasing besi maka komunitas yang dimaksud ialah komunitas yang berada di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah, sedangkan pembicaraan tentang gasing kayu akan merujuk pada komunitasnya yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara.
Pengkajian Koleksi Tembe Songke
Museum Negeri Nusa Tenggara Barat
2021 - Pengelola Museum
Koleksi Wastra Museum NTB dari wilayah Dompu dan Bima berjumlah 35 buah. Semua terawat dengan baik. Tujuan dari diadakannya pengkajian Kain Tembe Songke adalah untuk mendapatkan data-data baru tentang koleksi dimaksud.
Pengkajian Koleksi Gong Genang Sumbawa
Museum Negeri Nusa Tenggara Barat
2022 - Pengelola Museum
Gong Genang merupakan kesenian asli yang berasal dari Pulau Sumbawa, khususnya wilayah Sumbawa Barat. alat musik yang dimainkan hanya terdiri dari 2 buah, yaitu Gong dan Genang. Tujuan dari diadakannya kegiatan pengkajian ini adalah untuk mendapatkan tambahan data dan informasi dari koleksi alat musik gong dan genang yang di miliki Museum Negeri NTB
Wisata Wastra Nusantara
Museum Tekstil
2021 - Kolaborasi
Kondisi geografis Indonesia yang relatif heterogen, menyebabkan munculnya budaya yang berbeda satu sama lain. Selain itu, letak kepulauan Indonesia yang berada di tengah jalur perdagangan maritim dunia sejak lampau menjadikan beberapa lokasi sebagai pusat aktivitas perdagangan, sehingga memiliki andil dalam hal pengaruh budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya pedagang yang berasal dari berbagai belahan dunia – India, Arab, Eropa, dan Cina – yang beraktivitas di Nusantara, memiliki pengaruh terhadap budaya lokal yang ada, sesuai dengan adat istiadat daerah asalnya masing-masing. Keragaman budaya Nusantara terlihat pada hasil kain atau wastra yang dibuat di hampir seluruh daerah wilayahnya. Wastra tersebut merupakan bagian jalan hidup masyarakat pembuatnya, hingga memiliki nilai tradisi, spiritual, sosial, kepercayaan, dan daur hidup manusia. Berdasarkan letak geografis pulau-pulau di Indonesia, asal wastra dikelompokkan sesuai dengan kondisi budaya masyarakat setempat; teknik yang digunakan dalam membuat wastra; komposisi warna dan jenis zat pewarna pada benang; ornamen atau ragam hias yang mewakili budaya setempat; fungsi pakai dan fungsi sosial; serta budaya yang mempengaruhi terciptanya wastra tersebut. Pendokumentasian wastra ini akan terlihat pada visual dan anatomi kain yang akan menganalisis bagian kain, sehingga penyimpanan data lebih lengkap. Dengan demikian pembagian wastra yang berasal dari budaya setempat, berdasarkan letak geografis menjadi; a). Sumatera, sejumlah 33 wastra ; b). Bangka, sejumlah 1 wastra; c). Jawa , sejumlah 26 wastra; d). Madura, sejumlah 1 wastra; e). Bali, 5 wastra; f). Nusa Penida, 1 wastra; g). Lombok, sejumlah 4 wastra; h). Sumbawa, sejumlah 3 wastra; i). Sumba, sejumlah 4 wastra; j). Flores, sejumlah 2 wastra; k). Lembata, sejumlah 1 wastra; l). Rote, sejumlah 1 wastra; i). Sabu, sejumlah 1 wastra; j). Timor, sejumlah 3 wastra; k). Kalimantan, sejumlah 6 wastra; l). Sulawesi, sejumlah 6 wastra; m). Maluku, sejumlah 1 wastra; n). Papua, sejumlah 1 wastra.
Wastra Nusantara Sebagai Sarana Ritus
Museum Tekstil
2022 - Kolaborasi
Museum Tekstil Jakarta memiliki koleksi tetap puspa ragam wastra Nusantara. Koleksi tersebut berfungsi sebagai sumber pengetahuan, sumber inspirasi berkarya, serta menjadi wahana edukatif untuk mengenal dan mencintai khazanah budaya Nusantara. Benda-benda warisan budaya, baik yang berada di dalam maupun di luar museum, sangat berharga bagi kita dan generasi selanjutnya. Warisan budaya tersebut membawa pesan, makna, dan pemanfaatan, seperti bercerita tentang spiritualitas, sejarah, dan estetika dari masa lalu yang dapat digali sebagai sumber pengetahuan untuk masa kini dan masa yang akan datang. Keragaman dan nilai benda koleksi museum merupakan salah satu daya tarik untuk dikunjungi oleh masyarakat. Informasi tentang sebuah koleksi selalu mengalami perubahan. Bentuk perubahannya berupa penambahan dan perbaikan data dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang mendukung koleksi tersebut, serta perkembangan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Kajian koleksi pameran tetap ini dimaksudkan sebagai sumber informasi, memudahkan dalam pencarian data, dan sebagai layanan masyarakat bagi yang membutuhkan data wastra Nusantara.