museum

Museum Sumpah Pemuda

Jalan Kramat Raya No. 106 Jakarta Pusat

1968 – 1972 Gagasan mendirikan Museum Sumpah Pemuda berasal dari pelaku Kongres Pemuda Kedua. Mereka berpendapat bahwa nilai-nilai persatuan yang dirintis generasi 28 harus diwariskan kepada generasi yang lebih muda. Untuk itu, pada tanggal 15 Oktober 1968, Prof. Mr. Soenario berkirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, untuk meminta perhatian dan pembinaan terhadap Gedung Kramat 106 agar nilai sejarah yang terkandung di dalamnya terpelihara. Gubernur DKI Jakarta melalui SK Gubernur No. cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, tanggal 10 Januari 1972, kemudian menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya. 1973 – 1974 Sebagai tindak lanjut SK Gubernur tersebut, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta pada 3 April 1973. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda. Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973. Pada 20 Mei 1974 Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto. 1979 – 1983 Pada 16 Agustus 1979, Gedung Sumpah Pemuda diserahkan Pemda DKI Jakarta kepada Pemerintah Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olah Raga. Menurut rencana, Gedung Sumpah Pemuda akan dijadikan Pusat Informasi Kegiatan Kepemudaan dibawah Kantor Menteri Muda Urusan Pemuda (kemudian menjadi Menteri Muda Urusan Pemuda dan Olah Raga). Pada tanggal 28 Oktober 1980 diadakan pembukaan selubung papan nama Gedung Sumpah Pemuda oleh Dra. Jos Masdani, atas permintaan Menteri Muda Urusan Pemuda Mayor TNI AU dr. Abdul Gafur, sebagai tanda penyerahan pengelolaan gedung dari Pemda DKI Jakarta kepada Departemen P dan K. Tiga tahun kemudian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 029/O/1983, tanggal 7 Februari 1983, yang menyatakan bahwa Gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT dilingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. 1999 – SEKARANG Bersamaan dengan dibentuknya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid pada tahun 1999, pengelolaan Museum Sumpah Pemuda diserahkan dari Departemen Pendidikan Nasional kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Penyerahan dilakukan Menteri Pendidikan Nasional, Dr. Yahya A. Muhaimin, kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. I Gede Ardhika. Seiring dengan perubahan struktur pemerintahan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dijadikan Kementerian Negara. Untuk menampung unit-unit yang tidak tertampung dalam Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata dibentuklah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Pengelolaan Museum Sumpah Pemuda yang semula ada di bawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata kemudian diserahkan kepada Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Bersamaan dengan reorganisasi di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, pengelolaan Museum Sumpah Pemuda kembali dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Pada awal tahun 2012, Museum Sumpah Pemuda dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jendral Kebudayaan.

museum

Museum Asmat

Jl. Raya Taman Mini-Jakarta Timur 13650

Museum Asmat Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII), merupakan museum etnografi karena didalamnya menceritakan keluhuran suku Asmat itu sendiri melalui penggambaran lingkungan tempat tinggal, pandangan hidup dan bagaimana cara mereka beradaptasi dengan alam liar, rawa rawa, hutan rimba dan sungai berlumpur. Museum Asmat ini didirikan atas gagasan almarhumah Ibu Tien Soeharto pada Kegiatan Pameran Produksi Indonesia Ke-1 di Silang Monas Jakarta bulan Agustus 1985, ketika beliau mengunjungi stand asmat. Gagasan beliau mempunyai tujuan untuk melestarikan, mengkomunikasikan sekaligus memperkenalkan hasil karya anak bangsa yang mengagumkan dan dapat dinikmati oleh masyarakat dunia. Pembangunan Museum Asmat berada dalam kawasan Taman Bunga Keong Emas TMII dengan bentuk arsitektur rumah adat kariwari di Papua, dengan pelaksanaan pembangunan pada tanggal 20 Februari 1986 dalam tempo 51 hari, kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 20 April 1986. Pelayanan pengunjung museum asmat karena berada dalam kawasan Taman Bunga Keong Emas, maka pengunjung Museum Asmat sudah termasuk dalam pelayanan Tiket Masuk Taman Bunga. Pada tahun 2012, Museum Asmat mendapatkan hibah dana bantuan untuk revitalisasi ruang pamer oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Tahun 2016 s.d tahun 2035 Taman Bunga Keong Emas beralih menjadi Taman Legenda Keong Emas sehingga Museum Asmat berada di kawasan Taman Legenda Keong Emas TMII, dengan tiket masuk museum Asmat seharga Rp. 10.000,-/orang melalui pintu masuk Taman Legenda Keong Emas dan khusus pengunjung paket edukasi ke Museum Asmat sebesar Rp.5.000,-/orang. Agar para pengunjung dapat menghayati hakekat seni ukir Asmat maka tata pamer museum asmat, terbagi 3 yaitu : Pertama, bangunan utama memperkenalkan manusia Asmat beserta lingkungannya, cara mereka menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui kebudayaan yang dikembangkan. Terlihat berbagai pakaian adat dan asesorisnya, paparan diorama mata pencaharian hidup seperti monokok sagu yang berada di tengah hutan. Serta menceritakan kehidupan manusia dalam gambaran pada kendaraan roh nenek moyang berupa “perahu arwah - wuramon” dan “mbis pole” sebagai patung nenek moyang beserta ornamen simbol simbol dan berbagai hiasan lainnya yang menceritakan tentang kehidupan . Kedua, Bangunan berikutnya memperkenalkan manusia dengan kebudayaannya, menyajikan benda-benda berupa alat makan dan peralatan proses membuat sagu, peralatan berburu, senjata, benda benda budaya dan upacara, alat musik suku asmat “Tifa” menyerupai gendang dan “Fu” alat musik tiup dari bamboo serta Si kapak besi Bangunan ketiga, memaparkan bagaimana manusia dan hasil kreatifitasnya, memamerkan seni kontemporer hasil pengembangan pola pola rancangan seni tradisional karena disetiap kayu yang diukir bagaikan sebuah inskripsi perhatian mereka dengan mencurahkan seluruh daya imajinasinya dengan tekun dan penuh makna. Disini dapat disaksikan hasil karya berupa seni suku Asmat yang telah modern dan mengacu pada permintaan pasar tapi masih tetap berpijak pada pola pola tradisional . Dari gambaran semua itu tentunya dapat diperoleh vitalitas seni ukir asmat yang muncul dari haribaan kebudayaan asmat dimasa lampau dan terjadi dalam perjalanan sejarah, telah dapat melepaskan diri dari ikatan temporal jaman yang melahirkannya dan melangkah kedalam jaman kemajuan yang dialami oleh suku bangsa dan budaya dilingkungannya. Penuh harapan besar seni ukir asmat dimasa yang akan datang dapat menduduki tempat yang sepadan dengan khasanah seni ukir dari daerah yang lainnya. Selain itu museum Asmat juga memiliki bauran ruang dimana pengunjung umum khususnya para pelajar dapat berinteraksi langsung dan mendapatkan edukasi melalui layanan kegiatan interaktif, yaitu mencoba bagaimana cara meniup alat musik “Fu “dan bagaimana tata gerak seni memukul dan memainkan alat musik “tifa” menghasilkan gerak seni tarian khas suku Asmat yang serasi sehingga menimbulkan seni yang indah didalamnya. Selain itu, Museum Asmat juga meramaikan dengan kegiatan workshop, berupa menggambar dan mewarnai simbol-simbol yang dimiliki suku asmat dan gambaran obyek yang dipamerkan bagi pengunjung pelajar dan umum dan sekali waktu dapat melihat serta merasakan makanan khas suku Asmat seperti papeda, rebusan umbi dan fariatif makanan khas suku Asmat lainnya. Di halaman luar gedung museum Asmat terdapat rumah pohon unik yang dapat dijadikan sarana bermain tradisional anak-anak yang menarik, selain itu museum Asmat juga memiliki beberapa koleksi buku-buku sejarah terkait suku Asmat, fasilitas umum dan ruang administrasi. Dengan berkunjung ke museum Asmat diharapkan dapat membuka wawasan dan inspirasi seseorang dengan pengembangan seni ukir dan memahat kemasa yang akan datang.

museum

Museum Transportasi

Jalan Raya Taman Mini

Museum Transportasi Departemen Perhubungan didirikan di dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah atas dasar kesepakatan antara Menteri Perhubungan yang semula direncanakan hanya Museum Kereta Api. Keperluan lahan telah disediakan oleh Badan Pengelola TMII seluas 6,25 Ha, yang terletak diantara Museum Keprajuritan dan Desa Wisata.

museum

Museum Pemadam Kebakaran Pertama

. Jalan Kompleks TMII Pintu 3, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur DKI Jakarta 13810.

Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta dibentuk sebagai jawaban terhadap permasalahan kebakaran dan bencana lainnya yang selama ini menyertai perjalanan kota Jakarta. Sejarah panjang juga mengikuti perjalanan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, dimana para personil pemadam kebakaran harus siap sedia mengorbankan jiwa dan raga untuk menyelamatkan mereka yang terkena musibah kebakaran. Bencana kebakaran adalah bencana yang datangnya tidak terduga dan setiap saat. Oleh karena itu setiap anggota Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan hendaknya menyadari akan tanggung jawab yang besar untuk selalu memberikan perlindungan dan menyelamatkan jiwa manusia dan harta benda dari kerusakan akibat kebakaran dan bencana lainnya, sesuai dengan Visi Misi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta yaitu Terciptanya Rasa Aman Masyarakat dari Kebakaran dan Bencana. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pemadam kebakaran, saat ini sudah berdiri Museum Pemadam Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta di Taman Mini Indonesia Indah Cipayung Jakarta Timur. Museum ini merupakan Museum Pemadam Kebakaran pertama yang didirikan di Indonesia. Tujuan didirikan museum ini adalah agar masyarakat lebih maju dan mengerti akan bahaya kebakaran, serta mengetahui sejarah tentang berdirinya pemadam kebakaran di Indonesia mulai dari Brandweer Batavia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1919 hingga saat ini. Museum Pemadam Kebakaran juga mempunyai tujuan sebagai media perantara antara masa lalu dengan masa kini serta bahkan masa yang akan datang. Gagasan mendirikan Museum Pemadam Kebakaran muncul ketika perayaan peringatan hari Ulang Tahun Dinas Penanggulangan Kebakaran yang Ke-96 di Jakarta 1 Maret 2015. Bahwa untuk mengenang sejarah perjuangan Petugas Pemadam Kebakaran pada sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan maka perlu dibuat tempat monumental yang didalamnya memuat sejarah perjuangan petugas Pemadam Kebakaran menanggulangi bencana kebakaran dalam membantu masyarakat khususnya warga DKI Jakarta. Ide awalnya adalah mendirikan sebuah galeri yang didalamnya berisisi sejarah perjuangan Satria Biru, namun berdasarkan arahan Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta Bapak Dr. H. Subejo, SH. M.Si maka galeri DAMKAR berubah menjadi Museum Pemadam Kebakaran. Ada perbedaan fungsi yang jelas antara galeri dengan museum. Galeri pada prinsipnya adalah sebuah ruangyang berisi kumpulan bemda dan dokumen yang bersejarah yang ditampilkan kepada publik. Sedangkan museum merupakan sebuah organisasi yang mempunyai tugas mengumpulkan, merawat, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda koleksi kepada masyarakat. Museum Pemadam Kebakaran diresmikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Bapak Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, M. S. Pada tanggal 1 Maret 2015 bertepatan dengan ulang tahun Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan yang Ke-96. Sedangkan Upacara Pembukaan museum dilakukan oleh Bapak Dr. H. Subejo, SH. M.Si. Sekarang Museum Pemadam Kebakaran berada di bawah Bidang Pencegahan dengan Kepala Bidang Bapak Jon Vendri S.Si, M.M, Khususnya Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, dengan Kepala Seksi Bapak Saepuloh, S.Pd, M.MT. Bangunan Museum Pemadam Kebakaran tergabung menjadi satu bangunan dengan Pos Pemadam Sektor IX Cipayung Jakarta Timur. konsep bangunan sendiri mengikuti konsep dari Pos Pemadam Kebakaran, dimana konsepnya bisa menampung mobil-mobil pemadam kebakaran yang besar dan tinggi. Untuk bagian dalam dari bangunan museum yang terdiri dari dua lantai, mengusung konsep minimalis dengan tujuan agar lebih menonjolkan isi dari museum itu sendiri. Museum Damkar memiliki dua lantai, lantai pertama berisi Koleksi Museum Damkar dan lantai kedua merupakan ruang Audio Visual dengan kapasitas yang dapat menampung kutang lebih 40 orang. Seluruh ruangan museum berpendingin AC yang dapat memberikan kenyamanan kepada pengunjung pada saat melihat koleksi dari Museum Damkar. Untuk ruangan di lantai dua bisa digunakan untuk keperluan memutar video-video tentang sejarah Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, serta sering juga digunakan untuk sosialisasi bahaya kebakaran kepada pengunjung yang berkunjung ke Museum Damkar. Museum Damkar mempunyai program kegiatan yang menarik untuk keluarga, khususnya anak-anak. Dimana program tersebut memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk dapat merasakan sendiri bagaimana beratnya tugas menjadi seorang Pemadam Kebakaran. Pengunjung bisa mencoba sendiri menggunakan peralatan operasional yang digunakan untuk memadamkan api. Selain itu pengunjung juga diberikan kesempatan untuk menaiki kendaraan operasional Pemadam Kebakaran. Ada juga kegiatan sosialisasi kepada pengunjung supaya mereka lebih maju dan mengerti bahaya kebakaran dan tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran. Dengan semua program itu pengunjung tidak sekedar mengetahui sejarah Pemadam Kebakaran saja, tetapi juga lebih mengetahui teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran sejak dini di lingkungan masing-masing.

museum

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Jalan Raya Taman mini indonesia indah

Gagasan pendirian science centre di Indonesia diprakasai oleh Menteri Riset dan Teknologi pada waktu itu, Prof. Dr. B.J. Habibie, pada tahun 1984. Dibentuk Panitia Kerja dengan SK Menteri Riset dan Teknologi No.15/M/Kp/IX/1984 untuk melakukan studi banding, pengkajian konsepsi dasar pembangunan, tema peragaan, system pengelolaan, serta bentuk arsitekturnya. Pada tahun 1987 Supporting Committee dibentuk untuk mensosialisasikan science centre kepada masyarakat luas melalui penyelenggaraan pameran fisika dan matematika di Gedung Pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan. Usaha sosialisasi dilanjutkan pada tahun 1988-1990 dengan peragaan 20 alat peraga interaktif bidang IPA di Anjungan Istana Anak-Anak TMII, sebagai hasil kerjasama dengan Fakultas Pendidikan Matematika & IPA, IKIP Jakarta. Tujuan usaha ini untuk pengenalan dan studi penjajakan animo masyarakat. Kesan yang diperoleh dari pengunjung sangat positif dan para remaja dapat mengenal iptek secara lebih mudah dan nyata. Peragaan tersebut digunakan juga sebagai media pengajaran bidang iptek oleh beberapa mahasiswa IKIP Jakarta yang bertindak sebagai pemandu. Konsep awal perencanaan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-IPTEK) kemudian dibantu oleh US Agency for International Development dan Asia Foundation. Sesuai dengan konsep awal tersebut, Master Plan PP-IPTEK dikembangkan oleh Tim Kementerian Ristek, PT Tripanoto Sri Konsultan, Tim dari Musee de La Villete dan Sopha Development dari Perancis. Pada tanggal 20 April 1991, PP-IPTEK diresmikan oleh Presiden Soeharto di gedung sementara Terminal B Skylift-TMII, berlantai 2 seluas 1.000 m2. Sejumlah alat peraga telah dibuat sendiri oleh tenaga ahli dari Puslitbang KIM-LIPI, LUK BPPT, BATAN, juga sumbangan dari industri strategis dan IBM. PP-IPTEK akhirnya menempati gedung permanen pada tanggal 10 November 1995, berlokasi di poros utama kompleks TMII menghadap Plaza Perdamaian Monumen KTT Non-Blok. Dengan filosofi konsep sebagai api semangat iptek yang merupakan titik awal pengembangan masa depan, konsep desain bangunan futuristic, menjelajah tanpa batas, Konsultan Perencana PT. Tripanoto Sri telah merancang bangunan seluas 24.000 m2 di atas area seluas 42.300 m2. Sejak saat itu telah tersedia sarana pembelajaran iptek yang memberi kesempatan kepada pengunjung untuk melihat dan mempelajari rahasia dan gejala alam yang diperagakan, mempelajari dengan menggunakan indera pendengar, pencium, dan peraba melalui manipulasi, operasi dan eksperimen. Melalui peragaan dan program, pengunjung diberi kesempatan untuk menjajagi fenomena dan khasanah iptek secara mandiri, keluarga dan kelompok, agar memberi inspirasi dan meningkatkan daya kretivitas dan inovasi.

museum

Museum Kebangkitan Nasional

jl. dr abdulrahman saleh no 26 kel. senen, kec senen

Gedung Kebangkitan Nasional yang berarsiktektur neo renaissance ini dirancang dan dibangun oleh tentara Zeni Angkatan Darat Hindia Belanda pada tahun 1899. Pembangunan gedung selesai pada tahun 1902 dan diberi nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Dokter Djawa School, yaitu sekolah pendidikan kedokteran bagi pribumi yang dibuka hingga tahun 1925. Hal ini dikarenakan pada sekitar tahun 1920an secara bertahap pendidikan STOVIA dipindahan ke Salemba (kini kampus Universitas Indonesia). Bangunan 1 (satu) lantai tersebut berukuran panjang 146,50 m, lebar 98,58 m, tinggi 10,20 m, dan secara keseluruhan memiliki luas 5.160,8 m2. Gedung STOVIA terus mengalami perubahan dan penambahan bangunan baru. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan demi menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah, misalnya saja pada tahun 1974 diperkirakan ada penambahan panggung di Ruang Rekreasi yang saat ini berfungsi sebagai Auditorium. Pada tahun yang sama, di tengah halaman depan dibangun monumen “Tangan-Tangan Patah” oleh Panitia Peringatan 125 Tahun Pendidikan Dokter di Indonesia. Gedung STOVIA menjadi saksi terbentuknya Organisasi Budi Oetomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh R. Soetomo dan kawan-kawannya karena terinspirasi oleh pemikiran dr. Wahidin Soedirohoesodo untuk membantu anak-anak Jawa bersekolah. Pendirian Boedi Utomo tersebut memberikan inspirasi bagi Mas Satiman Wirjosandjojo untuk mendirikan organisasi pemuda pertama Bumiputera Tri Koro Darmo tahun 1915 yang berubah menjadi Jong Java pada tahun 1917. Pada tahun 1926 Gedung STOVIA tidak lagi digunakan sebagai Sekolah Dokter Djawa, melainkan untuk sekolah Algemene Middelbaar School (AMS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) hingga tahun 1942. Gedung ini kemudian digunakan oleh Jepang sebagai kamp tahanan eks tentara Belanda hingga tahun 1945. Setelah Indonesia merdeka, dari tahun 1945-1973 gedung ini dihuni oleh eks tentara Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) Batalyon V. Pada tanggal 27 September 1982, pengelolaan Gedung Kebangkitan Nasional diserahkan oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Gedung yang sarat sejarah tersebut pada tahun 1983 ditetapkan sebagai Cagar Budaya yang dilindungi Monumenten Ordonantie, Staatsblad Tahun 1931 Nomor 238 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. 0578/U/1983 tentang Penetapan Bangunan Bersejarah Gedung Kebangkitan Nasional. Setahun kemudian, pada tahun 1984, gedung tersebut ditetapkan sebagai Museum Kebangkitan Nasional.

Testimoni