museum

Museum Pemadam Kebakaran Pertama

Jalan Kompleks TMII Pintu 3, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur DKI Jakarta 13810

Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta dibentuk sebagai jawaban terhadap permasalahan kebakaran dan bencana lainnya yang selama ini menyertai perjalanan kota Jakarta. Sejarah panjang juga mengikuti perjalanan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, dimana para personil pemadam kebakaran harus siap sedia mengorbankan jiwa dan raga untuk menyelamatkan mereka yang terkena musibah kebakaran. Bencana kebakaran adalah bencana yang datangnya tidak terduga dan setiap saat. Oleh karena itu setiap anggota Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan hendaknya menyadari akan tanggung jawab yang besar untuk selalu memberikan perlindungan dan menyelamatkan jiwa manusia dan harta benda dari kerusakan akibat kebakaran dan bencana lainnya, sesuai dengan Visi Misi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta yaitu Terciptanya Rasa Aman Masyarakat dari Kebakaran dan Bencana. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pemadam kebakaran, saat ini sudah berdiri Museum Pemadam Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta di Taman Mini Indonesia Indah Cipayung Jakarta Timur. Museum ini merupakan Museum Pemadam Kebakaran pertama yang didirikan di Indonesia. Tujuan didirikan museum ini adalah agar masyarakat lebih maju dan mengerti akan bahaya kebakaran, serta mengetahui sejarah tentang berdirinya pemadam kebakaran di Indonesia mulai dari Brandweer Batavia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1919 hingga saat ini. Museum Pemadam Kebakaran juga mempunyai tujuan sebagai media perantara antara masa lalu dengan masa kini serta bahkan masa yang akan datang. Gagasan mendirikan Museum Pemadam Kebakaran muncul ketika perayaan peringatan hari Ulang Tahun Dinas Penanggulangan Kebakaran yang Ke-96 di Jakarta 1 Maret 2015. Bahwa untuk mengenang sejarah perjuangan Petugas Pemadam Kebakaran pada sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan maka perlu dibuat tempat monumental yang didalamnya memuat sejarah perjuangan petugas Pemadam Kebakaran menanggulangi bencana kebakaran dalam membantu masyarakat khususnya warga DKI Jakarta. Ide awalnya adalah mendirikan sebuah galeri yang didalamnya berisisi sejarah perjuangan Satria Biru, namun berdasarkan arahan Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta Bapak Dr. H. Subejo, SH. M.Si maka galeri DAMKAR berubah menjadi Museum Pemadam Kebakaran. Ada perbedaan fungsi yang jelas antara galeri dengan museum. Galeri pada prinsipnya adalah sebuah ruangyang berisi kumpulan bemda dan dokumen yang bersejarah yang ditampilkan kepada publik. Sedangkan museum merupakan sebuah organisasi yang mempunyai tugas mengumpulkan, merawat, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda koleksi kepada masyarakat. Museum Pemadam Kebakaran diresmikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Bapak Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, M. S. Pada tanggal 1 Maret 2015 bertepatan dengan ulang tahun Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan yang Ke-96. Sedangkan Upacara Pembukaan museum dilakukan oleh Bapak Dr. H. Subejo, SH. M.Si. Sekarang Museum Pemadam Kebakaran berada di bawah Bidang Pencegahan dengan Kepala Bidang Bapak Jon Vendri S.Si, M.M, Khususnya Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, dengan Kepala Seksi Bapak Saepuloh, S.Pd, M.MT. Bangunan Museum Pemadam Kebakaran tergabung menjadi satu bangunan dengan Pos Pemadam Sektor IX Cipayung Jakarta Timur. konsep bangunan sendiri mengikuti konsep dari Pos Pemadam Kebakaran, dimana konsepnya bisa menampung mobil-mobil pemadam kebakaran yang besar dan tinggi. Untuk bagian dalam dari bangunan museum yang terdiri dari dua lantai, mengusung konsep minimalis dengan tujuan agar lebih menonjolkan isi dari museum itu sendiri. Museum Damkar memiliki dua lantai, lantai pertama berisi Koleksi Museum Damkar dan lantai kedua merupakan ruang Audio Visual dengan kapasitas yang dapat menampung kutang lebih 40 orang. Seluruh ruangan museum berpendingin AC yang dapat memberikan kenyamanan kepada pengunjung pada saat melihat koleksi dari Museum Damkar. Untuk ruangan di lantai dua bisa digunakan untuk keperluan memutar video-video tentang sejarah Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, serta sering juga digunakan untuk sosialisasi bahaya kebakaran kepada pengunjung yang berkunjung ke Museum Damkar. Museum Damkar mempunyai program kegiatan yang menarik untuk keluarga, khususnya anak-anak. Dimana program tersebut memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk dapat merasakan sendiri bagaimana beratnya tugas menjadi seorang Pemadam Kebakaran. Pengunjung bisa mencoba sendiri menggunakan peralatan operasional yang digunakan untuk memadamkan api. Selain itu pengunjung juga diberikan kesempatan untuk menaiki kendaraan operasional Pemadam Kebakaran. Ada juga kegiatan sosialisasi kepada pengunjung supaya mereka lebih maju dan mengerti bahaya kebakaran dan tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran. Dengan semua program itu pengunjung tidak sekedar mengetahui sejarah Pemadam Kebakaran saja, tetapi juga lebih mengetahui teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran sejak dini di lingkungan masing-masing.

museum

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Jalan Raya Taman mini indonesia indah

Gagasan pendirian science centre di Indonesia diprakasai oleh Menteri Riset dan Teknologi pada waktu itu, Prof. Dr. B.J. Habibie, pada tahun 1984. Dibentuk Panitia Kerja dengan SK Menteri Riset dan Teknologi No.15/M/Kp/IX/1984 untuk melakukan studi banding, pengkajian konsepsi dasar pembangunan, tema peragaan, system pengelolaan, serta bentuk arsitekturnya. Pada tahun 1987 Supporting Committee dibentuk untuk mensosialisasikan science centre kepada masyarakat luas melalui penyelenggaraan pameran fisika dan matematika di Gedung Pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan. Usaha sosialisasi dilanjutkan pada tahun 1988-1990 dengan peragaan 20 alat peraga interaktif bidang IPA di Anjungan Istana Anak-Anak TMII, sebagai hasil kerjasama dengan Fakultas Pendidikan Matematika & IPA, IKIP Jakarta. Tujuan usaha ini untuk pengenalan dan studi penjajakan animo masyarakat. Kesan yang diperoleh dari pengunjung sangat positif dan para remaja dapat mengenal iptek secara lebih mudah dan nyata. Peragaan tersebut digunakan juga sebagai media pengajaran bidang iptek oleh beberapa mahasiswa IKIP Jakarta yang bertindak sebagai pemandu. Konsep awal perencanaan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-IPTEK) kemudian dibantu oleh US Agency for International Development dan Asia Foundation. Sesuai dengan konsep awal tersebut, Master Plan PP-IPTEK dikembangkan oleh Tim Kementerian Ristek, PT Tripanoto Sri Konsultan, Tim dari Musee de La Villete dan Sopha Development dari Perancis. Pada tanggal 20 April 1991, PP-IPTEK diresmikan oleh Presiden Soeharto di gedung sementara Terminal B Skylift-TMII, berlantai 2 seluas 1.000 m2. Sejumlah alat peraga telah dibuat sendiri oleh tenaga ahli dari Puslitbang KIM-LIPI, LUK BPPT, BATAN, juga sumbangan dari industri strategis dan IBM. PP-IPTEK akhirnya menempati gedung permanen pada tanggal 10 November 1995, berlokasi di poros utama kompleks TMII menghadap Plaza Perdamaian Monumen KTT Non-Blok. Dengan filosofi konsep sebagai api semangat iptek yang merupakan titik awal pengembangan masa depan, konsep desain bangunan futuristic, menjelajah tanpa batas, Konsultan Perencana PT. Tripanoto Sri telah merancang bangunan seluas 24.000 m2 di atas area seluas 42.300 m2. Sejak saat itu telah tersedia sarana pembelajaran iptek yang memberi kesempatan kepada pengunjung untuk melihat dan mempelajari rahasia dan gejala alam yang diperagakan, mempelajari dengan menggunakan indera pendengar, pencium, dan peraba melalui manipulasi, operasi dan eksperimen. Melalui peragaan dan program, pengunjung diberi kesempatan untuk menjajagi fenomena dan khasanah iptek secara mandiri, keluarga dan kelompok, agar memberi inspirasi dan meningkatkan daya kretivitas dan inovasi.

museum

Museum Kebangkitan Nasional

jl. dr abdulrahman saleh no 26 kel. senen, kec senen

Gedung Kebangkitan Nasional yang berarsiktektur neo renaissance ini dirancang dan dibangun oleh tentara Zeni Angkatan Darat Hindia Belanda pada tahun 1899. Pembangunan gedung selesai pada tahun 1902 dan diberi nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Dokter Djawa School, yaitu sekolah pendidikan kedokteran bagi pribumi yang dibuka hingga tahun 1925. Hal ini dikarenakan pada sekitar tahun 1920an secara bertahap pendidikan STOVIA dipindahan ke Salemba (kini kampus Universitas Indonesia). Bangunan 1 (satu) lantai tersebut berukuran panjang 146,50 m, lebar 98,58 m, tinggi 10,20 m, dan secara keseluruhan memiliki luas 5.160,8 m2. Gedung STOVIA terus mengalami perubahan dan penambahan bangunan baru. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan demi menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah, misalnya saja pada tahun 1974 diperkirakan ada penambahan panggung di Ruang Rekreasi yang saat ini berfungsi sebagai Auditorium. Pada tahun yang sama, di tengah halaman depan dibangun monumen “Tangan-Tangan Patah” oleh Panitia Peringatan 125 Tahun Pendidikan Dokter di Indonesia. Gedung STOVIA menjadi saksi terbentuknya Organisasi Budi Oetomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh R. Soetomo dan kawan-kawannya karena terinspirasi oleh pemikiran dr. Wahidin Soedirohoesodo untuk membantu anak-anak Jawa bersekolah. Pendirian Boedi Utomo tersebut memberikan inspirasi bagi Mas Satiman Wirjosandjojo untuk mendirikan organisasi pemuda pertama Bumiputera Tri Koro Darmo tahun 1915 yang berubah menjadi Jong Java pada tahun 1917. Pada tahun 1926 Gedung STOVIA tidak lagi digunakan sebagai Sekolah Dokter Djawa, melainkan untuk sekolah Algemene Middelbaar School (AMS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) hingga tahun 1942. Gedung ini kemudian digunakan oleh Jepang sebagai kamp tahanan eks tentara Belanda hingga tahun 1945. Setelah Indonesia merdeka, dari tahun 1945-1973 gedung ini dihuni oleh eks tentara Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) Batalyon V. Pada tanggal 27 September 1982, pengelolaan Gedung Kebangkitan Nasional diserahkan oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Gedung yang sarat sejarah tersebut pada tahun 1983 ditetapkan sebagai Cagar Budaya yang dilindungi Monumenten Ordonantie, Staatsblad Tahun 1931 Nomor 238 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. 0578/U/1983 tentang Penetapan Bangunan Bersejarah Gedung Kebangkitan Nasional. Setahun kemudian, pada tahun 1984, gedung tersebut ditetapkan sebagai Museum Kebangkitan Nasional.

museum

Museum Pusaka

Jl. Raya Taman Mini, Ceger, Cipayung, Ceger, Kec. Cipayung, Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13810

Pada mulanya koleksi Museum Pusaka merupakan hibah dari Ibu Dra. Sri Lestari Masagung (Museum Tosan Aji) di jalan Kwitang No. 13 Jakarta Pusat. Hibah koleksi diberikan kepada Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto selaku Ketua Yayasan Harapan Kita atau Badan Pengelola dan Pengembangan Taman Mini “Indonesia Indah” (BPP-TMII). Proyek pembangunan Museum Pusaka dimulai pada bulan Juli tahun 1992 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1993 oleh Presiden Republik Indonesia Bapak H.M. Soeharto.

museum

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Jalan Imam Bonjol No 1

Gedung ini menjadi sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal 16-17 Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah, yaitu perumusan naskah proklamasi bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/1992 tanggal 24 Nopember 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 1 ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yaitu sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang Kebudayaan dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tantangan yang dihadapkan oleh museum khusus yaitu penggalian informasi yang terbatas dari suatu peristiwa atau tokoh yang bersangkutan dengan museum tersebut. Oleh karena diperlukan upaya-upaya agar eksistensi Museum Perumusan Naskah Proklamasi tetap ada.

museum

Museum Serangga

Jalan Raya TMII

Museum serangga diresmikan pada 20 april 1993 oleh bapak presiden soeharto yang terletak di tmii dengan 250 jenis kupu kupu, 200 jenis kumbang dan 150 jenis serangga lain nya

Testimoni