Data Museum
Museum Tembi Rumah Budaya
Jl. Parangtritis Km 8,4, Timbulharjo, Sewon, Bantul, DIYMuseum Tembi Rumah Budaya berdiri karena gagasan dan keinginan P. Swantoro, yang berprofesi sebagai wartawan dan sejarawan. Awalnya, Swantoro ingin mendirikan lembaga yang khusus menangani budaya dan sejarah Jawa, seperti Java Institut pada masa lalu. Dengan nama Lembaga Studi Jawa (LSJ), program rutinnya adalah pengkajian, pementasan dan pendokumentasian sejarah dan budaya Jawa. Proyek pertamanya adalah menerbitkan Ensiklopedi Jawa. Pada 21 Oktober 1999, Ensiklopedi Jawa diluncurkan, sekaligus peresmian pembukaan Museum Jawa. Berikutnya pada tahun 2000, LSJ berubah menjadi Rumah Budaya Tembi. Demikian pula nama museum berubah menjadi Rumah Budaya Tembi. Kemudian pada tahun 2008, nama Rumah Budaya Tembi berubah menjadi Tembi Rumah Budaya.
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Jl. Margo Mulyo No.6 Yogyakarta 55121Museum Benteng Vredeburg menempati bekas bangunan benteng pertahanan Belanda yang dibangun tahun 1760. Tahun 1992, Museum Benteng Vredeburg resmi dibuka menjadi museum khusus sejarah perjuangan bangsa.
Museum Gunungapi Merapi
Jl. Kaliurang No.Km, Banteng, Hargobinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582Museum Gunungapi Merapi merupakan museum yang bergerak di bidang edukasi terutama tentang kegunungapian khususnya Gunungapi Merapi. Museum ini mulai dibangun pada tahun 2005 atas kerja sama antara Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), Pemerintah Provinsi DIY, dan Kabupaten Sleman. Pembangunan berjalan selama 4 (empat) tahun hingga pada akhirnya pada tanggal 1 Oktober 2009 Museum Gunungapi Merapi diresmikan oleh Purnomo Yusgiantoro yang saat itu menjabat sebagai Menteri ESDM. Pada tanggal 1 Januari 2010 Museum Gunungapi Merapi resmi dibuka untuk umum. Saat ini Museum Gunungapi Merapi berada di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman. Museum Gunungapi Merapi memiliki luas tanah seluas 3.5 hektar dan luas bangunan seluas 4.470 m2. Berdiri di atas tanah yang begitu luas Museum Gunungapi Merapi juga menyediakan beberapa ruang terbuka yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Museum Gunungapi Merapi memiliki lahan parkir yang cukup luas sehingga mampu menampung kendaraan pengunjung seperti bus, mobil, sepeda motor, dan sepeda dalam jumlah yang banyak. Bangunan Museum Gunungapi Merapi memiliki 2 (dua) lantai yang dapat diakses oleh pengunjung. Pengunjung dapat melihat berbagai macam koleksi dan mencoba berbagai macam alat peraga yang berada di dalamnya. Benda koleksi seperti batuan endapan awanpanas, endapan lava, dan berbagai macam benda seperti sepeda motor, tulang hewan, perlatan dapur yang rusak akibat erupsi Gunungapi Merapi dapat dilihat oleh pengunjung secara langsung. Selain itu Museum Gunungapi Merapi juga memiliki berbagai alat peraga salah satunya adalah alat peraga gempa. Pengunjung dapat merasakan experience getaran gempa vulkanik yang dihasilkan ketika gunungapi mengalami erupsi. Museum Gunungapi Merapi juga memiliki ruang pemutaran film (home theatre) yang dapat dikunjungi oleh pengunjung. Pada ruang pemutaran film tersebut akan diputarkan film tentang erupsi Gunungapi Merapi yang tentunya akan menambah pengetahuan dan gambaran secara utuh mengenai fenomena erupsi Gunungapi Merapi sebagai salah satu gunungapi paling aktif di Indonesia bahkan di dunia.
Museum Olahraga Nasional
Jl. Raya Taman Mini Indonesia IndahGagasan membangun museum olahraga muncul dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan dicetuskan kembali oleh Abdul Gofur pada 1986 dan menetapkan lokasi di Taman Mini Indonesia Indah. Rancangan bangunan dikerjakan Ir. Zaini Rachiman, dan pola serta isi museum disusun oleh tim yang diketuai I Nyoman Nuarte. Cetak biru bangunan museum olahraga ditandatangani oleh Ibu Tien Soeharto pada 1 Juli 1987. Pada 4 Oktober 1987 peletakan batu pertama dilakukan Alamsyah Ratu Perwira Negara, dan diresmikan Presiden Soeharto pada 20 April 1989 bertepatan dengan HUT Taman Mini Indonesia Indah yang ke-14.
Museum Tekstil
Jalan KS Tubun No.2-4Pada pertengahan tahun 1970, terlihat jelas penurunan dari pemakaian wastra atau kain tradisional Indonesia oleh masyarakat. Tidak hanya itu, pemahaman mengenai penggunaannya serta kuantitas dan kualitas wastra pun menjadi berkurang. Hal ini mendorong sekelompok warga pecinta kain tradisional Indonesia untuk membuat sebuah organisasi yang ditujukan bagi pelestarian dan penelitian wastra Indonesia yang diberi nama Himpunan Wastraprema. Himpunan Wastraprema menyumbangkan 500 lembar wastra bermutu tinggi yang diakomodir oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan menyediakan tempat bagi koleksi tersebut. Peresmian Museum Tekstil dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976. Seiring bertambahnya koleksi museum, pada tahun 1985 dua gedung tambahan dibangun. Gedung-gedung yang dibangun digunakan sebagai ruang perawatan, ruang penyimpanan koleksi, ruang pengenalan wastra, auditorium, perpustakaan dan kantor. Berawal dari piagam Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO yang mengakui Batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia, maka diresmikanlah Galeri Batik Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2010, Museum Tekstil bekerjasama dengan Yayasan Batik Indonesia meresmikan Galeri Batik yang menyajikan koleksi Batik dari seluruh Indonesia.
Museum Wayang
Jl Pintu Besar Utara No 27Ketika Gubenur DKI Jakarta H.Ali Sadikin Menghadiri Pekan Wayang II Tahun 1974 dengan dukungan panitia tersebut ,dan dukungan para pecinta wayang Akhirnya Menunjuk Gedung yg Terletak Di jl.pintu besar no 27 sebagai Museum Wayang